Selasa, 31 Maret 2009

KECERDASAN KOGNITIF (IQ) ANAK DAN STRATEGI PENYUBURANNYA

Meski ada perubahan paradigma dalam dunia psikologi dewasa ini, yakni adanya perubahan peran IQ ke peran EQ terhadap tingkat keberhasilan seseorang dalam dunia kerja, sebagaimana dikatakan Goleman (dalam Karmani, 2005:1) bahwa faktor-faktor dalam menciptakan bintang-­bintang kinerja di perusahaan/institusi ternyata 20% ditentukan IQ, dan 80% oleh EQ. Bahkan ada ahli lain yakni Steven J. Stein dan Howard E. Book (2002) yang lebih ekstrim dalam memandang peran IQ dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam dunia kerja yaitu hanya 6%.
Pergeseran peran IQ ke peran EQ di atas, tidak bersifat revolusioner seperti yang dikatakan Thomas Kuhn (1979) sebagaimana dalam Wahab (1998:18) yang mengatakan bahwa revolusi keilmuan terjadi apabila paradigma ilmu yang sedang berlaku dapat disangkal, atau dengan istilah yang agak bernada kasar dapat dijungkirbalikkan kebenarannya karena ada gejala yang penad dengan bidang ilmu itu bertentangan dengan kebenaran paradigma yang sedang berlaku.
Berangkat dari pendapat Kuhn di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa, meski ada pergeseran paradigma peran IQ ke peran EQ, tidak serta merta menghilangkan sama sekali keberadaan peran IQ dalam dunia pendidikan. IQ tetap memegang peran penting bagi pendidikan di Indonesia: Mengingat konsep pendidikan di Indonesia
selama ini lebih banyak mengedepankan serta lebih banyak mengukur tingkat kognitif anak (baca IQ) katimbang mengukur tingkat emosional (EQ) anak dalam menentukan keberhasilan peserta didik.
Mengingat IQ tetap berperan dalam dunia pendidikan, maka dalam uraian berikut akan dibahas beberapa hal yang manyangkut IQ dan cara penyuburannya.

IQ itu Apa?
Intelgensi merupakan suatu kata yang memiliki makna yang abstrak. Tidak seperti kata tinggi, berat atau umur. Meski tampak abstrak, banyak ahli psikologi yang mencoba mengembangkan teorinya dalam memahami intelgensi.
Paling tidak ada dua pandangan yang berkembang dalam memahami intelgensi, yaitu ahli yang memandang intelgensi sebagai faktor tunggal dan pandangan yang menyatakan intelgensi sebagai faktor multipel.
Ahli psikologi yang mengembangkan pandangannya terhadap intelgensi sebagai faktor tunggal adalah Jensen, Ebbinghaus, Terman, serta Stein dan Book. Jensen (1979) mengartikan intelgensi sebagai kemampuan mental umum (general mental ability). Ebbinuhaus (Wahab, 1987) menyatakan bahwa intelgensi sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi. Terman (Wahab,l987) mengemukakan bahwa intelgensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak. Sedangkan Stein dan Book (2002) mengungkapkan bahwa intelgensi adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika, dan rasio seseorang.
Sedangkan ahli yang memandang intelgensi sebagai faktor multipel antara lain Kail dan Pallegreno (Wahab,1987), Robert Stenberg (1982), dan Gardner (1983). Dari ketiga tokoh itu yang paling populair adalah Gardner yang telah menggambarkan intelgensi ke dalam berbagai bentuk, yaitu, kemampuan di bidang linguistik, logika metematik, musik, keruangan, kinestetik­motorik, interpersonal, dan intrapersonal.

Bagaimana Cara Menyuburkan IQ Anak?
Setelah mengetahui berbagai pengertian IQ dari berbagai tokoh, maka yang terpenting sekarang adalah menjawab pertanyaan, bagaimana cara menyuburkan IQ anak? Untuk menjawab pertanyaan tadi, berikut secara berturut-turut akan diuraikan di bawah ini.

Pelihara Kebiasaan Bertanya
Rasa ingin tahu biasanya selalu dimiliki oleh setiap anak. Dorongan untuk mengetahui sesuatu itulah yang menyebabkan anak banyak mengeluarkan berbagai pertanyaan kepada orang tua/guru. Sebagai orang tua, diharapkan tidak mematikan rasa ingin tahu anak dengan cara melarangnya, atau bahkan memberi label kepada anak, yang cerewet, banyak bicara, banyak tanya, dan lain-lain yang dapat mematikan keberanian anak untuk bertanya. Sebagian orang mempercayai, bahwa seorang anak yang banyak bertanya tentang ini dan itu, merupakan indikasi, bahwa anak itu memiliki kecerdasan yang tinggi. Oleh karena itu, orang tua harus selalu bijaksana dan berusaha menjawab berbagai pertanyaan anak-anak, sehingga anak memperoleh kepuasan batin, dan dengan kepuasan batin itu memotivasi anak untuk selalu mengembangkan pengetahuan dan daya khayalnya.
Sebagai seorang guru, dalam upaya mengembangkan IQ anak, dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan, dan menantang sehingga menggugah peserta didik selalu siap dengan berbagai pertanyaan yang konstruktif.

Ketahui Modalitas Belajar Anak
Banyak orang tua dan guru yang tidak mengetahui modalitas belajar anak­anaknya. Pa/lahal, dengan cara mengetahui modalitas belajar anak, proses pembelajaran akan dapat mencapai hasil yang optimal. Di antara modalitas belajar anak itu adalah anak bertipe visual, tipe auditorial, dan anak tipe kinestetik.

Anak Bertipe Visual
Berbagai gejala yang dapat ditunjukkan bagi anak yang bertipe visual antara lain rapi dan teratur, berbicara dengan cepat, perencana dan pengatur jangka panjang yang baik, teliti terhadap detil, mementingkan penampilan, dapat melihat kata-kata dalam pikiran, mengingat apa yang dilihat, mengingat asosiasi visual, tidak terganggu oleh keributan, pembaca cepat dan tekun, mencoret-coret saat telepon/pertemuan, lebih suka demonstrasi daripada pidato, tidak pandai memilih kata-­kata, dan tidak suka musik.
Anak yang bertipe visual mempunyai cara belajar dengan melihat. Bagi anak yang bertipe ini, orang tuaguru tidak dapat memaksakan kehendaknya kepada anak untuk belajar dengan cara yang lain. Belajar, bagi anak bertipe ini akan efektif jika pembelajaran menggunakan media, seperti kertas warna, menggunakan gambar­gambar, dan yang terpenting diciptakan lingkungan pembelajaran yang tenang, tidah gaduh, tidak berisik, dan tidak bising.

Anak Bertipe Auditorial
Fenomena menonjol bagi anak yang bertipe auditorial antara lain, berbicara sendiri saat bekerja, mudah terganggu oleh keributan, menggerakkan bibir saat membaca, senang membaca dengan keras dan mendengarkan, dapat menirukan dan mengulangi nada suara, kesulitan menulis dan hebat dalam bercerita, bicara dengan irama terpola, pembicara yang fasih, suka musik, belajar dengan mendengarkan, suka bicara, diskusi, lebih suka gurauan lisan daripada baca komik.
Bagi anak yang bertipe auditorial, belajar yang terbaik adalah dengan cara mendengarkan. Oleh karena itu, perlakuan yang dapat diberikan bagi anak bertipe ini adalah, guru harus menggunakan variasi vokal dalam proses pembelajaran, guru harus sering mengulang-ulang materi pelajaran yang sama, belajar sambil bernyanyi, dan guru menciptakan suasana pembelajaran dengan diiringi musik.

Anak Bertipe Kinestetik
Ada beberapa perilaku menonjol yang dapat ditunjukkan anak yang bertipe kinestetik. Antara lain, berbicara dengan perlahan, menyentuh orang untuk dapat perhatian, berdiri dekat ketika berbicara dengan orang, berorentasi pada fisik dan banyak bergerak, mempunyai perkem­bangan awal otot yang besar, belajar melalui praktik, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari pada saat membaca, banyak menggunakan isyarat tubuh, tidak dapat duduk diam untuk waktu yang lama, mudah mengingat jika pernah melakukan, kemungkinan tulisannya jelek, ingin melakukan segala sesuatu, dan menyukai permainan yang menyibukkan.
Cara belajar yang efektif bagi anak bertipe ini adalah dengan cara bergerak, belajar sambil bekerja, dan belajar dengan menyentuh. Sedangkan perlakuan yang dapat diberikan guru antara lain, guru menggunakan alat bantu/peraga dalam mengajar, menggunakan metode simulasi, praktikum, mengajak bicara pada anak, ceritakan pengalaman yang mengesankan, dan ijinkan anak berjalan-jalan di kelas ketika proses pembelajaran berlangsung.
Pupuk Kegemaran Membaca
Membaca adalah jendela dunia, jika diuraikan arti dari ungkapan tadi adalah, bahwa dengan membaca, pembaca akan mengetahui berbagai informasi dari segala penjuru dunia. Dalam kaitannya dengan usaha menyuburkan IQ anak, maka tidak ayal lagi, betapa pentingnya kegiatan membaca. Yang menjadi problem sekarang adalah, bagaimana orang tua/guru memupuk kegemaran membaca anak-­anak?
Yang dapat dilakukan orang tua di rumah untuk memupuk kegemaran membaca anak adalah dengan cara mengkondisikan dalam kehidupan anak dengan buku. Anak dikenalkan dengan buku-buku, diluangkan waktu untuk sekedar membacakan cerita bagi anak, dan orang tua harus dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam hal kebiasaan membaca.
Sedangkan bagi guru di sekolah, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memupuk kegemaran membaca anak antara lain dengan menciptakan suasana perpustakaan yang menyenangkan bagi anak, memberi tugas membuat sinopsis, mengadakan lokakarya membaca di kelas, dan yang terpenting guru bersedia mengeluarkan sedikit isi sakunya (uang) sekedar alat penguatan bagi siswa yang mempunyai kegemaran dan kemampuan membaca paling tinggi.

Beri Gizi yang Cukup
Untuk memiliki anak yang ber IQ tinggi, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan memberi gizi yang cukup kepada anak tersebut. Oleh karena itu, dipandang sangat tepat jika pemerintah mengusahakan kembali Program Makanan Tambahan bagi Anak Sekolah seperti yang sudah pernah dilaksanakan pada era yang lalu. Betapa pun tinggi potensi kecerd-asan anak yang dibawa sejak lahir, jika tidak didukung dengan usaha dan upaya secara sungguh­sungguh untuk menyuburkan potensi itu, maka potensi yang gemilang itu tidak akan tumbuh dengan optimal.

Kesimpulan
Meski ada pergeseran pandangan para ahli psikologi mengenai potensi manusia dari peran IQ ke peran EQ, namun pergeseran itu tidak bersifat revolusioner. Sehingga peran IQ tetap dipandang penting dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Agar IQ anak dapat berkembang dengan subur, maka orang tua/guru harus memelihara kebiasaan bertanya, mengetahui modalitas belajar anak, memupuk kegemaran membaca anak, dan memberi gizi yang cukup.
Saran

Bagi guru
Guru hendaknya mengenal betul karakteristik peserta didik, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menggunakan metode pembelajaran.
Bagi orang tua
Orang tua, di samping harus memberikan gizi yang cukup kepada anak-anaknya.juga akan lebih baik jika mengenal modalitas belajar anak, sehingga dapat membantu dan mengarahkan anak dengan baik.
Bagi Sekolah
Meski pemerintah sekarang tidak memprogramkan makanan tambahan bagi anak sekolah, namun dengan payung Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah serta Manajemen Berbasis Sekolah, sekolah dapat memberikan makanan tambahan kepada anak-anak yang dianggap kurang asupan gizi.***


Sumber: Media No. 01 / Th. )CXXVI l Maret 2006

PEMBELAJARAN SEJARAH JANGAN SAMPAI TERJEBAK DENGAN FAKTA SEJARAH

Ironis memang, ditengah-tengah gencarnya sekolah melaksanakan kurikulum 2004 tiba-tiba muncul Surat Keputusan (SK) Mendiknas nomor 7 tahun 2005 tentang penghentian uji coba kurikulum 2004 untuk mata pelajaran sejarah dan larangan penggunaan buku teks mata pelajaran sejarah yang disusun berdasarkan kurikulum 2004. Tak heran lagi, keluarnya SK tersebut menimbulkan reaksi negatif beberapa orang guru sejarah. Lihat saja artikel yang ditulis Dra. Siti Fatimah pada MEDIA bulan November 2005 adalah salah satu contoh reaksi negatif terhadap SK itu. Ia mempertanyakan mengapa SK itu dikeluarkan dan bagaimana pula menerapkannya di sekolah.
Jika pertimbangan yang melatar ­belakangi keluarnya SK tersebut adalah dalam rangka kejujuran pengungkapan fakta sejarah sehingga kurikulum dan buku teks sejarah yang digunakan saat ini perlu disesuaikan, keluarnya SK tersebut perlu dipertanyakan. Dari sudut pandang politis, keluarnya SK itu tidak ada masalah tetapi dari sudut pandang pendidikan sejarah modern, keluarnya SK tersebut mubazir. Pendidikan sejarah modern menghendaki anak didik tidak semata-mata belajar fakta sejarah tetapi lebih jauh dari itu anak didik harus mampu berpikir kreatif dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi pada masa sekarang dan masa depan dengan cara mempelajari peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi pada masa lampau.
Adanya masalah-masalah yang di­hadapi, pengembangan keterampilan inkuiri dan perumusan generalisasi sejarah harus menjadi tujuan utama pembelajaran sejarah saat ini. Keterampilan-keterampilan ini akan membantu anak didik untuk mempengaruhi kebijakan-kebijakan publik di masa depan. Anak didik tidak hanya belajar produk sejarah yang berupa fakta­-fakta sejarah seperti yang tampak di buku­-buku teks sejarah, mereka juga harus belajar memecahkan masalah-masalah sejarah dengan menggunakan metode yang digunakan sejarawan.
Dengan menggunakan metode sejarawan, anak didik akan belajar merumuskan generalisasi dengan benar dan keterampilan ini membantunya untuk memahami perilaku manusia pada masa lampau, sekarang dan masa depan. Mereka bisa belajar bagaimana cara memahami perubahan di dalam dunia modern dan bagaimana mengantisipasinya.

Metode sejarawan juga penting untuk dipahami dan digunakan anak didik karena sebenarnya guru dan bahkan semua komponen bangsa ini tidak bisa mengajar apa yang secara aktual terjadi karena kita semua mengajar fakta sejarah dari berbagai perspektif. Dengan mempelajari metode sejarawan, mereka akan sadar bahwa fakta sejarah yang ditulis oleh sejarawan berpedoman pada sudut pandang tertentu. Sejarawan yang satu dengan yang lainnya bisa jadi berbeda dalam merekonstrusi fakta sejarah yang sama. Fakta sejarah yang direkonstruksi sejarawan sangat dipengaruhi oleh sifat kepribadiannya, sumber dan artifak sejarah yang dipilihnya, audiens yang ditulisnya, tujuan penulisannya, budaya dan waktu ketika mereka masih hidup. Supersemar contohnya. Sampai saat ini masih terjadi perbedaan pendapat diantara sejarawan tentang apakah sebenarnya isi Supersemar dan peristiwa yang melatar belakanginya.
Metode sejarawan juga berisi metode inkuiri. Metode ini bisa dilakukan dengan cara bertanya dan berusaha menemukan jawabannya. Di samping itu metode ini juga melibatkan penilaian tentang kegunaan dan keaslian artifak-artifak dan dokumen­-dokumen yang akan digunakan untuk memahami masa lampau.
Belajar menerapkan metode inkuiri tidak bermaksud untuk menjadikan anak didik sejarawan yang professional. Mereka hanya diharapkan bisa belajar menyadari kesulitan-kesulitan merekonstruksi peristiwa masa lampau. Dengan kemampuan penalarannya, mereka akan mampu membaca fakta sejarah secara lebih kritis:
Dengan demikian; dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) Mendiknas nomor 7 tahun 2005 makin melegalkan sikap salah kaprah tentang pembelajaran sejarah saat ini. Jiwa paradigma lama pembelajaran sejarah yang merasuki guru-guru sejarah di Indonesia makin sulit untuk diubah. Nuansa kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan roh kurikulum 2004 makin tidak jelas pada mata pelajaran sejarah. Dengan diberlakukannya kurikulum 1994, pembelajaran sejarah hampir bisa dipastikan akan terjebak dengan mengingat fakta sejarah karena kurikulum ini syarat dengan materi pelajaran dan fakta sejarahnya sendiri bagaikan "ayat-ayat suci" yang tidak bisa dibantah lagi. Nuansa kurikulum berbasis kompetensi akan kembali ke kurikulum berbasis isi. Fakta sejarah yang dijadikan materi pelajaran sejarah kembali akan diajarkan secara dogmatis.
Dalam kerangka berpikir kurikulum berbasis kompetensi, materi pelajaran sejarah yang berupa fakta sejarah hanyalah sebagai media .belajar untuk mencapai kompetensi ,yang diharapkan diperoleh anak didik. Ini tidak berarti kompetensi mengingat fakta sejarah yang sudah terjadi adalah tidak penting. Kompetensi mengingat fakta sejarah hanyalah sedikit kompetensi saja yang harus dikuasai anak didik. Fakta sejarah mana pun yang ditulis oleh para sejarawan sebenarnya layak untuk dipelajari oleh anak didik asalkan fakta sejarah itu sudah sesuai dengan bukti-­bukti sejarah yang ditemukan. Fakta sejarah yang direkonstruksi mungkin saja berbeda antara sejarawan yang satu dengan yang lainnya tetapi perbedaan ini harus dianggap sebagai sesuatu yang sudah biasa dalam pembelajaran karena memang itulah ciri khas sejarah. Biarlah anak didik belajar fakta sejarah dari berbagai sumber atau buku teks. Biarlah mereka pula yang menentukan sumber manakah yang mengungkapkan fakta sejarah yang benar
karena dengan cara ini kita sudah mengajak mereka untuk berpikir kritis dan tidak semata-mata mengingat fakta sejarah yang sudah ditentukan pemerintah. Mengingat Fakta sejarah adalah bentuk kompetensi tingkat rendah apalagi kompetensi ini sering digunakan oleh penguasa (baca: pemerintah yang sedang berkuasa) untuk melindungi kepentingan politis mereka sendiri. Pengalaman masa lalu membuktikan pemerintah yang sedang berkuasa biasanya akan mengeluarkan fakta sejarah yang menurut versi mereka benar dan tentu saja ini untuk melindungi kepentingan politis mereka sendiri.
Jiwa nasionalisme dan semangat kebangsaan adalah beberapa kompetensi yang juga penting untuk dipelajari anak didik di samping kompetensi memecahkan masalah, membuat generalisasi, dan inkuiri. Di beberapa negara kompetensi ini dijadikan salah satu tujuan utama pembelajaran sejarah karena kegunaannya yang cukup penting untuk memelihara semangat persatuan dan kesatuan negara pada saat ini dan masa depan. Kompetensi ini dapat dipelajari tidak hanya dengan membaca fakta sejarah yang sudah direkonstruksi secara sistematis tetapi juga bisa dipelajari dengan cara mengamati dan memahami sumber-sumber sejarah yang berhasil ditemukan. Guru bisa memberikan gambar-gambar perjuangan kemerdekaan, foto-foto pahlawan, dan bukti-bukti peninggalan sejarah seperti candi.
Dengan demikian banyak kompetensi pada mata pelajaran sejarah yang sebenarnya harus dipelajari oleh anak didik. Begitu juga fakta sejarah yang bisa dijadikan sumber belajar bisa beraneka ragam tidak hanya fakta sejarah versi pemerintah. Fakta sejarah yang dijadikan materi pelajaran hanya digunakan sebagai media belajar untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dikuasai anak didik.***



Sumber: Media No. 01 / Th. )CXXVI l Maret 2006

MEMBENTUK SIKAP DAN PERILAKU BUDI PEKERTI MELALUI KEGIATAN BERMAIN Di TAMAN KANAK-KANAK

Dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1990 Bab V Pasal 9 dinyatakan bahwa, isi program kegiatan belajar pendidikan Taman Kanak-­kanak Meliputi 10 unsur pengembangan yang terdiri dari moral Pancasila, agama, disiplin, kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta, perasaan/emosi, kemampuan bermasyarakat, keterampilan, dan jasmani. Selanjutnya dalam Kepmendikbud RI Nomor 0436/U/1992 Bab V Pasal 7 Ayat (1) dan (2) dijelaskan bahwa, isi program kegiatan belajar Taman Kanak-kanak dipadukan dalam satu program kegiatan belajar yang utuh, mencakup Program Kegiatan Belajar dalam rangka pembentukan perilaku melalui pembiasaan, dan Program Kegiatan Belajar dalam rangka pengembangan kemampuan dasar.
Dalam Kepmendikbud RI Nomor 0125/U/1994 sebagaimana telah diubah dengan. Kepmendikbud RI Nomor 002/U/1995 tentang Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak dijelaskan bahwa, program pembentukan perilaku merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak di TK, sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Pembentukan perilaku melalui pembiasaan tersebut meliputi moral, agama, perasaan/ emosi, kemampuan bermasyarakat, dan disiplin.
Kemudian dalam konstitusi terakhir tentang pendidikan yakni, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengamanatkan melalui penjelasan Pasa 128 Ayat (3} bahwa, Taman Kanak-kanak menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.
Sejalan dengan uraian tersebut di atas dan sejalan dengan tekad pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berakhlak, berbudi pekerti luhur, dan berdisiplin yang tinggi, maka sejak usia dini anak harus sudah dibiasakan untuk berperilaku baik dan berdisiplin sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh agama, pemerintah, dan masyarakat pada umumnya.
Penanaman sikap dan perilaku budi pekerti bagi anak usia TK harus disesuaikan dengan tingkaf perkembangan jasmani dan emosional anak. Anak usia TK tidak sama dengan orang dewasa. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk miniatur. Oleh karena itu penanaman sikap dan perilaku budi pekerti harus sesuai dengan dunia anak, yaitu dunia bermain dan fantasi.

Ruang Lingkup
Cakupan pembahasan masalah ini terbatas pada cara guru dalam menanamkan sikap dan perilaku budi pekerti melalui kegiatan bermain di Taman Kanak-kanak. Kegiatan bermain yang dimaksud adalah kegiatan yang dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari pembentukan sikap dan perilaku budi pekerti melalui kegiatan bermain di TK adalah untuk mempersiapkan anak sedini mungkin dalam mengembangkan sikap dan perilaku yang didasari oleh nilai-nilai agama dan moral Pancasila, sehingga dapat hidup sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat.

Manfaat
Adapun manfaat pembentukan perilaku melalui kegiatan bermain di TK adalah:
-Membantu anak- agar menjadi pribadi yang matang dan mandiri.
-Menanamkan sikap dan perilaku budi pekerti yang baik.
-Sebagai wahana untuk terciptanya situasi pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan sesuai dengan tingkaf perkembangan anak usia TK.

PEMBAHASAN
Pengembangan Sudut dan Area Kegiatan bermain yang diharapkan dapat menanamkan sikap dan perilaku budi pekerti anak, dilaksanakan baik di dalam maupun di luar kelas. Alat permainan di kelas hendaknya disusun sedemikian rupa, sehingga benar-benar dapat merangsang terhadap perkembangan intelektual, jasmani, emosional dan sosial anak. Oleh karena itu sudut-sudut kegiatan yang permanen seperti sudut keluarga, sudut ketuhanan, sudut pembangunan, sudut alam sekitar, dan sudut kebudayaan perlu dilengkapi dengan alat-alat permainan.
Selain lima sudut sebagai tersebut di atas, TK dapat mengembangkan sepuluh sentra/area untuk mendukung kegiatan bermain anak, yang pada akhimya diharapkan dapat membentuk sikap dan perilaku budi pekerti anak. Kesepuluh sentra/area itu antara lain (1) area baca, (2) area tulis, (3) area berhitung, (4) area seni, (5) area sains, (6) area balok, (7) area memasak, (8) area sosiodrama, (9) area alam terbuka, dan (10) area pasir dan air.

Syarat-syarat Permainan
Berbagai alat permainan yang harus ada dalam lima sudut pengembangan atau pun yang harus ada dalam sepuluh area/ sentra harus memenuhi berbagai persyaratan sebagai berikut:
- Alat bermain harus sesuai dengan tingkat umur, kemampuan, dan kesanggupan anak.
- Alat bermain harus menghidupkan atau merangsang aktiviias individu anak.
- Alat bermain sebaiknya yang mudah diubah atau dibentuk oleh anak didik.
- Alat bermain sebaiknya agak tahan lama, tidak mudah rusak apabila dipergunakan oleh anak.
- Alat bermain harus mempunyai makna dalam perkembangan moral, emosional, sikap sosial, dan budi pekerti anak. Jadi bukan hanya untuk sekedar membuat senang bagi anak didik.

Prinsip-prinsip Pelaksanaan
Dalam melaksanakan kegiatan bermain untuk pembentukan sikap dan perilaku budi pekerti hendaknya memperhatikan prinsip­prinsip sebagai berikut:
J
Guru menciptakan hubungan yang baik dan akrab, sehingga tidak ada kesan bahwa guru adalah figur yang menakutkan bagi anak.
Guru senantiasa bersikap dan bertingkah laku yang dapat dijadikan contoh/teladan bagi anak. Memberikan kesempatan kepada anak untuk membedakan dan memilih mana perilaku yang baikdan mana yang tidak baik. Guru sebagai pembimbing hanya mengarahkan dan menjelaskan akibat­akibatnya.
Dalam memberikan tugas kepada anak, agar diusahakan berupa ajakan dan perintah dengan bahasa yang halus dan baik.
Agar anak mau berperilaku sesuai yang diharapkan, guru memberikan rangsangan atau motivasi dan bukan paksaan.
Apabila ada anak yang berperilaku berlebihan, hendaknya guru mengendalikan tanpa emosi. Terhadap anak yang menunjukkan perilaku bermasalah, peran guru adalah sebagai pembimbing dan bukan penghukum. Pelaksanaan pembentukan sikap dan perilaku budi pekerti bersifat luwes/flek­sibel/kenyal/tidak kaku.

Bentuk Pelakasanaaan Permainan
Pelaksanaan permainan dalam rangka pembentukan sikap dan perilaku budi pekerti di taman Kanak-kanak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Kegiatan Permainan Rutin
Kegiatan permainan rutin dapat dilakukan anak setiap hari, misalnya permainan yang dilakukan sebelum bel pelajaran dimulai atau sesudah jam istirahat. Berbagai permainan yang dapat dilakukan anak pada dua kesempatan ini antara lain; main ayunan, main jungkat-jungkit, main luncuran, dan berbagai macam permainan yang memungkinkan. Hampir di setiap lembaga TK alat permainan ini biasanya tidak lengkap dan tidak mencukupi untuk semua siswa. Untuk itu anak harus bermain secara giliran. Dalam kondisi seperti anak akan terlatih dan terbiasa dalam hal: sabar menunggu giliran, tenggang rasa terhadap keadaan orang lain, mau mengantri; tolong menolong sesama teman, dan berbagai perilaku positif lainnya.

Kegiatan Permainan Spontan
Kegiatan permainan spontan merupakan kegiatan permainan yang dilaksanakan kapan dan di mana saja tanpa direncanakan sebelumnya. Dalam permainan spontan ini jika seorang guru mengetahui salah seorang anak didiknya melakukan sikap-sikap yang kurang baik, maka guru dapat memberikan secara spontan pula pengertian dan diberitahu bagaimana sikap dan perilaku yang baik. Kegiatan spontan ini tidak saja berkaitan dengan perilaku yang tidak baik/negatif, tetapi pada sikap dan perilaku yang positif pun perlu ditanggapi oleh guru, sebagai penguat bahwa sikap.dan perilaku tersebut sudah baik dan perlu dipertahankan, sehingga dapat pula dijadikan teladan bagi teman-temannya.

Kegiatan Permainan yang Direncanakan
Kegiatan permainan yang direncanakan (terprogram) yaitu kegiatan bermain yang pada pelaksanaannya terlebih dahulu diawali dengan adanya perencanaan atau program dari guru yang tertuang dalam Satuan Kegiatan Harian (SKH). Kegiatan Permainan terprogram ini misalnya bermain di bak pasir, bermain balok-balok, dan berbagai permainan yang sesuai dengan perkembangan fisik, jasmani, dan emosional anak.
Dalam bermain di bak pasir atau bermain balok-balok, banyak sekali nilai­-nilai dan sikap, serta perilaku budi pekerti yang dapat ditanamkan pada anak. Sikap dan perilaku budi pekerti itu antara lain bergotong royong sesama teman, menghargai orang lain, mengucapkan terima kasih, mengendalikan emosi, meminta tolong dengan baik, menyimpan alat permainan setelah digunakan, berlatih tertib dan patuh pada peraturan, dan berbagai sikap positif lainnya.

Memberi Penguatan
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk mempertahankan sikap dan perilaku budi pekerti anak yang sudah sesuai dengan norma-norma agama, masyarakat, dan bangsa; ant:ara lain (1) menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga anak betah dan merasa aman untuk belajar, (2) dengan memberi hadiah atau penghargaan, baik berupa kata-kata, dalam bentuk mimik dan ekspresi, memberi sentuhan, mernberi simbol atau tanda bintang pada karya anak yang bagus, memberi kesempan mengikuti lomba, dan lain sebagainya.

Penilaian terhadap Perilaku Anak
Salah satu cara yang dapat dilaksanakan guru untuk menilai berhasil dan tidaknya suatu program yang direncanakan adalah adaanya penilaian. Penilaian ini merupakan salah satu upaya untuk melihat sejauh mana keberhasilan guru dalam usaha menanamkan sikap dan perilaku budi pekerti kepada anak. Hal penting yang harus mendapat penilaian adalah indikator apa yang diharapkan menjadi perilaku anak.


Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, anak dengan berbagai keunikan dan keluguannya, mempunyai dunianya sendiri yaitta dunia bermain dan fantasi. Oleh karena itu segala bentuk pembiasaan dan penanaman sikap dan perilaku budi pekerti anak TK akan lebih efektif dan efisien jika rnenggunakan sarana permainan.

Saran

BaGi Guru TK
Hendaknya guna-guru di TK lebih lebih mengedepankan fungsi sebagai scfolding bagi anak-anak, dan berusaha lebih professional dalam memberdayakan alat permainan yang ada di sekolah, baik yang ada di dalam kelas maupun yang ada di luar kelas.
Bagi Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan hendaknya mengalokasikan dana baik dari APBD atau dari APBN untuk memberi bantuan berbagai alat permainan yang dibutuhkan Taman Kanak-kanak.

Bagi Orang Tua /iswa
Orang tua siswa hendakriya memperhatikan tingkat perkembangan anak, tidak hanya secara fisik, tetapi perkembangan sikap dan perilaku, serta emosional anak juga harus mendapat perhatian yang sama demi terwujudnya generasi bangsa yang dapat dihandalkan.***

Sumber: Media No. 01 / Th. )CXXVI l Maret 2006

PERANAN KEPALA SEKOLAN DALAM PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Dalam melaksanakan fungsi dan perannya, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Selain itu kepala sekolah juga dituntut untuk menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, mouing class dan mengadakan program akselerasi (acceleration) bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.
Salah satu strategi kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan adalah dengan memotivasi, merencanakan, memfasilitasi, mengamati dan mengelola tenaga kependidikan dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) di sekolah. Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, ada empat tahapan yang harus dilakukan oleh guru peneliti atau tim peneliti, yaitu Planning, Acting, Obseruing dan Reflecting (PAOR). Sebagai penanggungjawab Penelitian Tindakan Kelas di sekolah, kepala sekolah dituntut untuk berperan secara optimal terhadap setiap tahapan dalam kegiatan penelitian ini.
Adapun peranan kepala sekolah dalam setiap tahapan pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut;

1. Tahap Perencanaan (Planning).
Sebelum tahap perencanaan ini dimulai, dapat dipastikan bahwa kepala sekolah telah bermusyawarah dan menetapkan tim peneliti yang terdiri dari guru pengajar dan seorang atau lebih kolaborator. Peranan kepala sekolah sebagai seorang koordinator harus mampu dan tepat menentukan tim peneliti sesuai dengan rumpun mata pelajarannya.
Kegiatan awal dari tahap ini adalah merasakan adanya masalah, identifikasi masalah, analisis masalah dan perumusan masalah. Dalam tahapan ini kepala sekolah harus mampu membimbing tim peneliti untuk merumuskan masalah dengan tepat dan jelas. Hal ini dilakukan untuk menentukan formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan.
Selanjutnya masih dalam tahapan ini, kepala sekolah juga harus mampu membimbing dan mengkoordinasi tim peneliti dalam: (a) Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah­-langkah yang dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang telah direncanakan, (b) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan, (c) mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan, dan (d) Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan.

2. Tahap Pelaksanaan dan Pengamatan (Acting and Obseruing) .
Tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan di dalam kancah, yaitu mengadakan tindakan di kelas. Pada kegiatan ini guru berperan ganda, yaitu sebagai praktisi (pelaksanaan pembelajaran) dan peneliti. Selain sibuk mengajar untuk melaksanakan persiapan yang dibuatnya, pada saat yang sama dia harus juga melakukan pengamatan bersama (observing) dengan sang kolaborator dan penelitian terhadap apa yang dia lakukan bersama siswanya. Jadi, dalam tahapan ini berlangsung juga tahapan yang beriktunya, yaitu observasi.
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahapan ini, data-data tentang pelaksanaan tindakan dari rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran dikumpulkan dengan alat bantu (instrumen pengamatan) yang dikembangkan. Pengamatan ini dilakukan oleh observer atau kolaborator. Tahap ini perlu juga mempertimbangkan penggunaan beberapa jenis instrumen demi kepentingan triangulasi data.
Kepala sekolah dalam tahap ini, selain berperan sebagai seorang koordinator,juga memiliki peran sebagai pemantau, yaitu: (a) mengontrol kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rancangan tindakan yang telah dibuat, (b) Mencari informasi segala perubahan kinerja pembelajaran sebagai akibat dari pelaksanaan PTK, dan (c) Mengkoordinasi kerja guru (peneliti) dengan kolaborator.
Peran kepala sekolah sebagai fasilitator dalam tahap ini juga tidak dapat dipungkiri, karena kepala sekolah tempat mencurahkan pikiran para peneliti dalam segala hal, baik yang bersifat materi maupun non-materi pada pelaksanaan tindakan.

3. Tahap Refleksi (Reflecting).
Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data atau masukan yang didapat pada saat dilakukan observasi. Data yang didapat diinterpretasi, dicari eksplanasinya, dianalisis dan disintesis.
Dalam proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan dan teori pembelajaran yang dikuasai dan relevan dengan tindakan kelas yang dilaksanakan sebelumnya menjadi bahan pertimbangan dan pembanding sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang mantap dan sahih.
Dalam tahap ini, kepala sekolah berperan sebagai penilai (evaluator) terhadap kegiatan/tindakan yang telah dilaksanakan dalam pembelajaran. Kepala sekolah juga harus mendapatkan informasi sejauh mana treatment yang diberikan guru cukup signifikan dalam perbaikan proses pembelajaran. Bila treatment tersebut membuahkan hasil yang cukup memuaskan terhadap ketuntasan hasil belajar, maka kepala sekolah berhak memberikan rekomendasi terhadap kelayakan metode, teknik, pendekatan, strategi, atau media pembelajaran tersebut. Namun apabila tidak, perlu adanya rencana ulang pada siklus berikutnya. Dan pada akhirnya, tim peneliti yang dipandu oleh kepala sekolah harus membuat laporan Penelitian Tindakan Kelas secara obyektif dan akuntabel.***

Sumber: Media No. 01 / Th. )CXXVI l Maret 2006

PERANAN KEPALA SEKOLAN DALAM PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Dalam melaksanakan fungsi dan perannya, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Selain itu kepala sekolah juga dituntut untuk menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, mouing class dan mengadakan program akselerasi (acceleration) bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.
Salah satu strategi kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan adalah dengan memotivasi, merencanakan, memfasilitasi, mengamati dan mengelola tenaga kependidikan dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) di sekolah. Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, ada empat tahapan yang harus dilakukan oleh guru peneliti atau tim peneliti, yaitu Planning, Acting, Obseruing dan Reflecting (PAOR). Sebagai penanggungjawab Penelitian Tindakan Kelas di sekolah, kepala sekolah dituntut untuk berperan secara optimal terhadap setiap tahapan dalam kegiatan penelitian ini.
Adapun peranan kepala sekolah dalam setiap tahapan pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut;

1. Tahap Perencanaan (Planning).
Sebelum tahap perencanaan ini dimulai, dapat dipastikan bahwa kepala sekolah telah bermusyawarah dan menetapkan tim peneliti yang terdiri dari guru pengajar dan seorang atau lebih kolaborator. Peranan kepala sekolah sebagai seorang koordinator harus mampu dan tepat menentukan tim peneliti sesuai dengan rumpun mata pelajarannya.
Kegiatan awal dari tahap ini adalah merasakan adanya masalah, identifikasi masalah, analisis masalah dan perumusan masalah. Dalam tahapan ini kepala sekolah harus mampu membimbing tim peneliti untuk merumuskan masalah dengan tepat dan jelas. Hal ini dilakukan untuk menentukan formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan.
Selanjutnya masih dalam tahapan ini, kepala sekolah juga harus mampu membimbing dan mengkoordinasi tim peneliti dalam: (a) Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah­-langkah yang dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang telah direncanakan, (b) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan, (c) mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan, dan (d) Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan.

2. Tahap Pelaksanaan dan Pengamatan (Acting and Obseruing) .
Tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan di dalam kancah, yaitu mengadakan tindakan di kelas. Pada kegiatan ini guru berperan ganda, yaitu sebagai praktisi (pelaksanaan pembelajaran) dan peneliti. Selain sibuk mengajar untuk melaksanakan persiapan yang dibuatnya, pada saat yang sama dia harus juga melakukan pengamatan bersama (observing) dengan sang kolaborator dan penelitian terhadap apa yang dia lakukan bersama siswanya. Jadi, dalam tahapan ini berlangsung juga tahapan yang beriktunya, yaitu observasi.
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahapan ini, data-data tentang pelaksanaan tindakan dari rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran dikumpulkan dengan alat bantu (instrumen pengamatan) yang dikembangkan. Pengamatan ini dilakukan oleh observer atau kolaborator. Tahap ini perlu juga mempertimbangkan penggunaan beberapa jenis instrumen demi kepentingan triangulasi data.
Kepala sekolah dalam tahap ini, selain berperan sebagai seorang koordinator,juga memiliki peran sebagai pemantau, yaitu: (a) mengontrol kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rancangan tindakan yang telah dibuat, (b) Mencari informasi segala perubahan kinerja pembelajaran sebagai akibat dari pelaksanaan PTK, dan (c) Mengkoordinasi kerja guru (peneliti) dengan kolaborator.
Peran kepala sekolah sebagai fasilitator dalam tahap ini juga tidak dapat dipungkiri, karena kepala sekolah tempat mencurahkan pikiran para peneliti dalam segala hal, baik yang bersifat materi maupun non-materi pada pelaksanaan tindakan.

3. Tahap Refleksi (Reflecting).
Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data atau masukan yang didapat pada saat dilakukan observasi. Data yang didapat diinterpretasi, dicari eksplanasinya, dianalisis dan disintesis.
Dalam proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan dan teori pembelajaran yang dikuasai dan relevan dengan tindakan kelas yang dilaksanakan sebelumnya menjadi bahan pertimbangan dan pembanding sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang mantap dan sahih.
Dalam tahap ini, kepala sekolah berperan sebagai penilai (evaluator) terhadap kegiatan/tindakan yang telah dilaksanakan dalam pembelajaran. Kepala sekolah juga harus mendapatkan informasi sejauh mana treatment yang diberikan guru cukup signifikan dalam perbaikan proses pembelajaran. Bila treatment tersebut membuahkan hasil yang cukup memuaskan terhadap ketuntasan hasil belajar, maka kepala sekolah berhak memberikan rekomendasi terhadap kelayakan metode, teknik, pendekatan, strategi, atau media pembelajaran tersebut. Namun apabila tidak, perlu adanya rencana ulang pada siklus berikutnya. Dan pada akhirnya, tim peneliti yang dipandu oleh kepala sekolah harus membuat laporan Penelitian Tindakan Kelas secara obyektif dan akuntabel.***

Sumber: Media No. 01 / Th. )CXXVI l Maret 2006

DI TENGAH BERGEMANYA KBK

Menjelang. tahun pelajaran 2004/2005, dimana-mana orang membicarakan KBK (kurikulum berbasis kompetensi). Para guru SD, SMP dan SMA sibuk mengikuti sosialisasi KBK. Di atas jalan raya di tengah kota terpampang spanduk dari suatu sekolah yang menyatakan siap melaksanakan KBK.
Dan setelah memasuki tahun pelajaran 2004/2005, terpampampang pula spanduk dari suatu sekolah yang menyatakan telah melaksanakan KBK. Toko-toko buku ramai diserbu pembeli. Para pembeli terdiri atas siswa-siswa dari berbagai sekolah dari para orang tua siswa. Mereka berebut mencari "buku-buku KBK" (maksudnya: buku pelajaran yang telah disusun berdasarkan KBK).
Sekolah-sekolah pun didatangi penjual buku. Saking "gila"-nya dengan KBK, penjual buku menunjuk-nunjukkan tulisan "KBK" pada sudut kanan atas setiap kover buku. Tiba-tiba seorang guru mencoba melihat-lihat sebuah buku. Setelah mengernyitkan alis dan dahinya, guru itu berkata kepada penjual buku, "Pak, ini yang KBK cuma kovernya. Isinya masih kurikulum lama."
Mendadak penjual buku tersipu-sipu. Namun demikian, ia sempat memberikan jawaban yang diplomatis, "Saya tidak tahu. Saya hanya ditugasi menjual."
Demikianlah KBK yang dilaksanakan mulai tahun pelajaran 2004/2005 itu. Sungguh, KBK benar-benar bergema di mana-mana.
Namun, di tengah bergemanya KBK itu, ada kepedihan yang diderita oleh seorang guru SD negeri di pedesaan. Dia bertugas sebagai guru kelas di kelas VI (enam) yang pada tahun pelajaran 2005/2006 memang masih menggunakan kurikulum lama. Sebagaimana kita ketahui, penerapan KBK di SD dilakukan secara bertahap, yakni tahun pelajaran 2004/2005 untuk kelas I dan IV tahun pelajaran 2005/ 2006 untuk kelas I dan II serta kelas IV dan V, dan pada tahun pelajaran 2006/2007 barulah untuk seluruh kelas.
Meskipun masih menggunakan kurikulum lama (yang konon jauh lebih mudah daripada KBK), guru tersebut mengalami kesulitan yang begitu besar. Pasalnya? Cobalah simak suratnya yang ditujukan kepada Bapak Pengawas TK/SD seperti di bawah ini.
***
Yth. Bpk. Pengawas
Alangkah sulit dan beratnya menjadi guru. hingga menjelang purna tugas ini, kami belum pernah berhasil dengan baik dalam mengemban tugas sebagai guru. Padahal, sejak kecil kami bercita-cita menjadi guru. Dan setelah tercapai cita-cita menjadi guru, profesi guru ini benar-benar kami cintai. Kami bekerja maksimal, baik dalam keberdirian kami di tengah para siswa maupun dalam hal adrninistrasi kelas. Setiap tahun pelajaran yang kami lalui, tidak pernah sepi dari les (pemberian tambahan pembelajaran di luar jam sekolah) secara gratis, dan juga tidak secangkir kopi pun yang diberikan oleh sekolah kepada kami. Kami bekerja memberikan les seolah-olah kami sendirian di muka bumi ini dalam arti tanpa rekan dan tanpa atasan langsung. Semua itu demi tugas, demi kewajiban, demi "pengabdian" kata orang, dan demi cinta kami kepada para siswa. Di samping mengotot studi mandiri, kami pun menempuh beragam pendidikan formal (hingga mengantongi 13 ijazah negeri dan 2 ijazah swasta/kursus) kendati tidak sampai menyentuh S2 apalagi S3. Semua itu demi - kata orang - untuk dapat menjadi guru yang profesional. Tetapi apa yang terjadi? Menurut "temuan" kami di "alam angan", guru profesional hanya ada dalam "jagat keinginan dan cita-cita". Ataukah diri kami yang terlalu celaka, hingga menjelang pensiun ini masih juga belum profesional? Betapa sial diri ini, pengalaman menjadi guru yang bertahun-tahun lamanya, ternyata tidak meningkatkan kompetensi profesional, tetapi justru hanya menumpuk-numpuk beragam kesalahan dalam proses pembelajaran....

Ocehan kami di atas, mungkin terkesan sebagai memuji diri. Biarlah, itu kesan pembaca, barangkali. Tetapi yang jelas, kami hanya bermaksud menunjukkan betapa kami telah berusaha keras untuk menjadi guru yang sukses, tetapi hasilnya ternyata selalu jauh dan jauh sekali dari harapan.
Meski kami belum pernah berhasil dengan baik dalam melaksanakan tugas sebagai guru, tidaklah seperti tahun pelajaran 2005/2006. Sungguh, tahun pelajaran 2005/2006 adalah tahun kepedihan hati yang luar biasa. Kami bertugas sebagai guru kelas di kelas VI (enam). Siswa kami hanya 4 orang : 3 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Dengan jumlah siswa yang hanya sedikit, dan dengan guru yang - konon - "berpengalaman", mestinya pembelajaran berhasil dengan gemilang. Tetapi apa yang terjadi? Amatlah
sulit untuk dipaparkan secara sempurna dengan menggunakan kata-kata.
Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, ambillah dalam hal "membaca" saja, tidak satu siswa pun yang dapat dikategorikan sebagai baik. Apalagi dalam berbagai mata pelajaran yang lain.
Pernah kami cobakan cara berikut:
Kami siapkan soal-soal IPS yang kami ambil dari buku paket.
Pada setiap soal, kami tunjukkan halaman buku paket yang memuat jawabannya.
Siswa-siswa mengerjakan (menjawab) soal-soal tersebut secara tertulis sambil membaca-baca buku paket.
Bagaimana hasilnya? Morat-marit! Berikut ini kami ambilkan satu contoh saja, kami pilihkan yang paling mudah.
Soal: Apakah bahasa resmi Zaire? (Carilah jawabannya pada halaman 69)
Jawaban Siswa : adalah bahasa Prancis. Kebanyakan penduduk Zaire menganut kepercayaan asli, dan agamanya adalah Kristen dan Islam.
Demikianlah kelemahan siswa dalam mata pelajaran IPS (yang berpangkal dari kelemahan membaca?), demikian pulalah kelemahannya dalam mata pelajaran IPA dan lainnya. Terlebih-lebih dalam mata pelajaran matematika.
Dalam matematika, siswa tidak dapat menemukan hasil dari 8+6 kecuali setelah berlama-lama menekuk-nekuk jari tangannya. Siswa tidak menguasai perkalian dasar. Perkalian semisal 9 x 8 dan 6 x 7, tak dapat mereka tentukan hasilnya. Siswa juga tidak dapat menentukan hasil dari 12:4. Apalagi dalam hal soal cerita. Siswa tidak mampu memahami isinya, dan bahkan tidak tahu apa yang ditanyakan dalam soal itu.
Pernah siswa kami tugasi mengerjakan soal. Dalam soal itu disajikan sebuah tabel tentang nilai ulangan matematika siswa kelas VI suatu SD. Di bawah tabel itu terdapat perintah, "Gambarlah diagram batang dari data tersebut!"
Nah, apakah yang lantas dilakukan oleh para siswa? Ternyata mereka tidak membuat diagram batang. Jawaban (tertulis) mereka adalah sebagai berikut:
- Siswa pertama menjawab, "26."
- Siswa kedua menjawab, "69."
- Siswa ketiga menjawab, "Banyaknya siswa."
- Siswa keempat menjawab, "Banyaknya nilai."
Demikianlah sekelumit dari kondisi kelas VI yang kami ditugasi menggolkan mereka dalam ujian nasional mendatang. Lantas, apa yang dapat kami lakukan? Paling-paling jawabannya adalah : sebatas yang dapat kami lakukan. Ya, itu tentu, tentu itu! Tak perlu berpikir panjang untuk menjawab demikian. Tetapi yang akan melangkah ini tetaplah menghela napas panjang: bagaimana ... bagaimana ...
Sebatas yang dapat kami lakukan. Oke! Dan kami adalah telah, sedang, dan akan - insya Allah - melakukannya. Kami memberikan tambahan pembelajaran di luar jam sekolah : sore atau malam hari bergantung kepada kesediaan/kesanggup­an/pilihan para siswa sendiri. Jadi, les berjalan dengan tidak menentu : adakalanya sare hari, terkadang malam hari, dan tempo-­tempo libur. Semua itu adalah agar para siswa belajar sesuai dengan keinginan mereka sendiri : belajar sore, belajar malam, dan diselingi libur setelah merasa penat.
Namun demikian, perjalanan untuk meraih kemajuan ternyata luar biasa tertatih­tatihnya. Jerih payah kami selama ini belum membuahkan hasil sama sekali! Bayangkan,
selama enam bulan, tak ada perubahan, siswa tetap lamban, seperti di awal tahun pelajaran...
Bpk. Pengawas yang kami hormati! Mengapa surat ini kami tujukan kepada Bapak, dan tidak kepada kepala sekolah? Hal ini adalah karena kami telah terlalu sering mengeluhkan kelambanan siswa kami kepada kepala sekolah. Lantas apa perlunya andai surat ini kami sampaikan kepada kepala sekolah. Harap maklum.
Kiranya tak perlu diperpanjang lagi. Kami mohon maaf atas segala hal yang kurang tidak berkenan di hati Bapak.
Sekian.
Hormat kami,

***
Demikianlah surat yang memelas, yan.g ditulis oleh seorang guru yang sedang terenyuh dan disampaikan kepada pengawas. Kiranya tidaklah mustahil bahwa kondisi para siswa SD di desa-desa masih banyak yang sangat rawan untuk "di-KBK-­kan" .
Jangankan di desa, di kota pun ada pula SD negeri yang belum siap melaksanakan KBK. Seorang kepala SD negeri di sebuah kota besar (baca keras : kota besar!) mengatakan, "KBK itu untuk orang Amerika. Di kita belum siap, baik siswa maupun gurunya. Di sekolah kami, tidak kami laksanakan KBK. Yang penting siswa-siswa diberi pelajaran membaca, menulis, dan berhitung!"
Nah, mereka yang demam KBK, baik yang mempunyai alasan kuat dengan rasio yang sehat, maupun yang sekadar mengikuti musim yang sedang marak, kiranya perlu menoleh ke segala penjuru dan mempertanyakan, "Pilihan yang tepatkah KBK sebagai kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah kita?"


Sumber: Media No. 01 / Th. )CXXVI l Maret 2006

Senin, 30 Maret 2009

Chaya Aini: Banggakah engkau dengan kecantikamu…???

Chaya Aini: Banggakah engkau dengan kecantikamu…???



Minggu, 29 Maret 2009

UU Guru dan Dosen

UU Guru dan Dosen mendapatkan sambutan yang hangat, terutama dari kalangan pendidik. UU ini dianggap bisa menjadi payung hukum untuk guru dan dosen tanpa adanya perlakuan yang berbeda antara guru negeri dan swasta. Meskipun di beberapa bagian masih sangat hangat diperbincangkan dan menjadi perdebatan yang sangat seru. UU Guru dan Dosen secara gamblang dan jelas mengatur secara detail aspek-aspek yang selama ini belum diatur secara rinci. Semisal, kedudukan, fungsi dan tujuan dari guru, hak dan kewajiban guru, kompetensi dll. Yang perlu digaris bawahi dan mendapat sambutan positif dari masyarakat terhadap UU Guru dan Dosen adalah hal-hal yang menyangkut:
a. Kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi.
b. Hak dan kewajiban.
c. Pembinaan dan pengembangan.
d. Penghargaan.
e. Perlindungan.
f. Organisasi profesi dari kode etik.
Enam indikator diatas belum diatur secara rinci, sehingga sangat sulit untuk mengharapkan profesionalitas guru-guru di Indonesia. Ada beberapa hal dalam UU Guru dan Dosen yang sampai saat ini masih hangat dibicarakan, hal-hal tersebut adalah

a. Standardisasi.
1. Standardisasi penyelenggaraan pendidikan.
Sampai saat ini cukup banyak penyelenggara pendidikan (yayasan-yayasan) yang tidak jelas keberadaannya. Dalam pelaksanaanys banyak lembaga pendidikan yang belum memenuhi standar mutu pelayanan pendidikan dan standar mutu pendidikan yang diharapkan. Hal ini disebabkan yayasan-yayasan tersebut terkesan memaksakan diri untuk mendirikan lembaga pendidikan, sehingga banyak lembaga pendidikan yang tidak layak, karena sarana dan prasarana pendidikan yang jauh dari memadai, guru yang tidak kompeten, organisasi yang tidak dikelola. dengan baik dll. Penyelenggara pendidikan seperti diatas jumlahnya cukup besar di Indonesia. Dengan lahirnya UU Guru dan Dosen diharapkan dapat menjadi acuan untuk memperbaiki kualitas mutu pelayanan pendidikan di masyarakat baik itu negeri maupun swasta.
2. Standardisasi kompetensi guru.
Hal ini akan tercantum pada pasal 8 UU Guru dan Dosen yang menjelaskan tentang Sertifikat Profesi Perididik.
Pasal 8 menyebutkan : "Guru wajib memiliki kuatifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jsmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional".
Banyak pihak mengkhawatirkan program sertifikasi ini (yang diselenggarakan oleh LPTK) nantinya akan menimbulkan masalah baru di dunia pendidikan, terutama yang mengarah pada terciptanya lembaga yang menjadi sarang kolusi dan korupsi baru. Yang pada akhirnya akan memperburuk kondisi pendidikan bangsa.
Sedang semangat dari pasal ini adalah untuk meningkatkan kompetensi pendidik itu sendiri, serta berusaha lebih menghargai profesi pendidik. Dengan sertifikasi diharapkan lebih menghargai profesi guru, dan meningkatkan mutu guru di Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai langkah menjadikan guru sebagai tenaga profesional.

b. Kesejahteraan atau Tunjangan
11 item Hak Guru yang tercantum pada pasal 14 UU Guru dan Dosen adalah bentuk penghargaan pemerintah dan masyarakat kepada guru. Untuk indikator penghasilan guru PNS sudah diatur Pasal 15 ayat 1. Guru berhak untuk mendapatkan tunjangan, yaitu :
1. Tunjangan profesi.
2. Tunjangan Fungsional.
3. Tunjangan Khusus
Tiga jenis tunjangan diatas diatur dalam pasal 16,17 dan 18 UU Guru dan Dosen. Tunjangan profesi diberikan kepada guru baik guru PNS ataupun guru swasta yang telah memiliki sertifikat pendidik.
Disamping tunjangan diatas; guru juga berhak untuk memperoleh "maslahat tambahan " yang tercantum dalam pasal 19 UU Guru dan Dosen. Maslahat" Tambahan tersebut meliputi:
1. Tunjangan pendidikan.
2. Asuransi pendidikan.
3. Beasiswa.
4. Penghargaan bagi guru.
5. Kemudahan bagi putra-putri guru untuk memperoleh pendidikan.
6. Pelayangan kesehatan.
7. Bentuk kesejahteraan lain.

c. Organisasi profesi dan dewan kehormatan,
Dengan lahirnya UU Guru dan Dosen ini diharapkan bisa didirikan organisasi profesi yang dapat mewadahi (terutama) guru yang dapat menjalankan fungsinya sebagai organisasi profesi yang independen dan diharapkan dapat menjadi lembaga yang benar-benar memperjuangkan nasib guru. Demikian pula dengan dewan kehormatan yang tercipta dari organisasi profesi yang independen diharapkan menjadi pengawal pelaksanaan kode etik guru.

d. Perlindungan.
Setiap guru berhak mendapatkan perlindungan dalam melaksanakan tugasnya. Perlindungan untuk guru meliputi:
1. Perlindungan hukum.
Perlindungan hukum mencakup perlindungan atas tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil.
2. Perlindungan profesi.
Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pelecehan terhadap profesi serta pembatasan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
3. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
Perlindungan ini mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja atau resiko lain.
UU Guru dan Dosen mungkin masih harus di perdebatkan dalam rangka memperbaikinya di masa yang akan datang. Apalagi ada beberapa hal memang tidak serta merta dapat dilaksanakan. Pemberian tunjangan kepada seluruh guru, akan sangat tergantumg anggaran pemerintah. Sehingga pada saat anggaran pendidikan belum mencapai 20% dari APBN maka akan sangat sulit dilaksanakan. Demikian pula dengan program sertifikasi dll, masih memerlukan proses untuk pelaksanaan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Namun diharapkan dengan adanya 2 (dua) undang-undang yaitu Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU Guru dan Dosen diharapkan akan memperbaiki mutu pendidikan nasional secara keseluruhan.(NET)


sumber: Media No. 01 / Th. XXXVI l Maret 2006

Kamis, 26 Maret 2009

Ayah Bunda, Inilah Jalan Kita



Allah Mahatau bahwa dia adalah anak yang menyayangi Ibu dan Ayahnya. Sayang karena Allah. Bukan semata sayang karena nurani, namun Allah yang memerintahkannya untuk merendahkan “naungan” kasih sayang terhadap mereka berdua. “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: “ Wahai Rabbku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil.” (Terjemah QS. Al-Isra’ : 24)



DIA Dahulu Semasa Di Buaian Hingga Masa Bersepeda Roda Empat

Dibuai oleh Ibu dan Ayah bergantian-gantian. Ibu adalah wanita penyabar yang rendah hati dan tak banyak mengeluh. Ayah pun mencari nafkah tanpa banyak bicara tentang lelahnya dan Ayah begitu sayang padanya.
Dia belum bisa berjalan, baru belajar berdiri. Berulang kali melangkah, sebanyak itu pula terkantuk. Akan tetapi tangan Ayah selalu mengawasi dan siap menahannya agar tak terjembab ke lantai. Jangan sampai ada luka, walau sekedar segores lecet.
Ibu mengetahui karena hidung yang tak mampu bernapas lega. Dia sedang pilek. Ibu tak tahan melihatnya kesakitan, maka Ibu pun menyedot ingus dari kedua lubang hidung itu dengan mulut Ibu. Betapa sayang Ibu padanya.
Kala hari libur tiba, Ibu menyempatkan waktu mengajarinya menjaga keseimbangan bersepeda roda empat (dua ban di depan dan belakang, dau ban di samping kiri dan kanan sebagai pembantu penjaga keseimbangan). Sungguh senang dia bisa mengayuh di jalan yang luas. “Aku bisa bersepeda!: “Tak beberapa lama, akhirnya dia bisa mengendarai sepeda, cukup dengan dua roda. Alhamdulillah...



“Yang Penting Kamu Sudah Berusaha, Nak!”

Hari penerimaan rapor tiba. Dia tak bisa menjadi rangking pertama di kelas. Sungguh muram mimiknya. Akan tetapi, Ibu tak luput menghiburnya, “Tidak perlu sedih. Yang penting kamu sudah berusaha, Nak!” Kembali cerialah dunia!! Dia tak perlu bersedih. Ada Ibu yang senantiasa membesarkan jiwanya, mengajarkannya menegakkan kepala menghadapi dunia, tak melulu bersedih tersungkur di kala gagal namun segera bangkit dan kembali menatap ke depan dengan penuh semangat dan tawakkal pada Allah.
“Jangan pernah takut selama engkau berada dalam kebenaran!!!”. Dia senantiasa ingat pesan yang dlam itu.

Di Negeri Seberang Aku Membelah Angin dan Terik Matahari

“Dia” yang dulu, kini telah menjadi “Aku”. Aku sekarang sudah dewasa, Ibu! Aku sekarang sudah dewasa, Ayah!”.
Di negeri seberang kubelah angin dan terik matahari. Aku berjalan sembari menerjang hantaman hujan. Bahkan, Aku tak boleh jadi penakut? Alhamdulillah, tanganku sempurna berjumlah dua, kakiku sempurna tegap melangkah. Aku tak boleh jadi penakut, bukan? Selalu ada Allah yang akan menolongku dengan rahmat-Nya, selagi aku senantiasa mengesakan-Nya dan bertakwa pada-Nya. Aku memegang prinsip itu.
Ibu dan Ayah, Aku kini berada di dunia baru yang lebih terang. Dunia yang menaungi para orang salih pendahulu kita (as-salafush shali). Aku bahagia dengan duniaini : Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman para as-salafush shalih. Bahagia yang dalam, bukan hanya sebatas senang yang sesaat. Aku temukan Islam yang kucari. Inilah dia pegangan hidupku!
Aku berbagi cerita ini sambil menangis...
Kubayangkan kenikmatan abadi yang akan ku peroleh jika aku bisa bertahan dalam kesabaran dan keyakinan akan janji Allah. Pastinya akan banyak ujian yang harus ku lalui, seiring besar pengakuan cintaku pada jalan ini, karena Allah.
Betapa aku berharap Allah senantiasa mengaruniakanku hidayah untuk senantiasa mengingat-Nya. Tak lupa pula kudo’akan Ibu dan Ayah. Semoga Allah senantiasa menyayangi serta menjaga kita dan keluarga kita di dunia dan akhirat. Di dunia, yaitu disaat bumi dan penghuninya sedemikian carut-marutini. Di akhirat, yaitu di saat tak ada lagi pertolongan dan keselamatan selain dari Allah Rabb semesta alam.



Aku Akan Ceritakan Diriku yang Sekarang

Ibu, Ayah, Aku akan bercerita sedikit saja tentang diri anakmu ini sekarang.
Sewaktu kecil, Ayah rajin mengantarku belajar membaca Al-Qur’an pada seorang Ustadzah setiap hari. Tahukah Ibu dan Ayah, kini Aku bukan hanya sekadar belajar membaca Al-Qur’an? Hari-hariku penuh denganharu biru bersama Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh jarang Aku merasa sedih karena dunia. Adapun jika sedih itu datang, pastilah karena maksiat dan dosa yang telah ku perbuat di masa silam. Ibu dan Ayah, sungguh ini adalah jejak-jejak panjang yang kutatap, kelanjutan pijakan-pijakan kecil yang dulu Ibu dan Ayah membantuku untuk menderapnya.
Tahukan Ibu dan Ayah, sekarang aku sudah bisa membaca deretan-deretan huruf Arab dari kitab-kitab para ulama, yang tak bertoreh harakat? Ini adalah buah kesabaran Ibu dan Ayah mengajariku membaca dan menulis semenjak kecil. Berbahagialah atas karunia Allah ini, wahai Ibu dan Ayah yang kusayangi karena Allah...
Akupun tak luput memperbaiki ibadah dan akhlakku. Itulah yang menjadi kesibukan saat ini. Aku juga tak luput mengurusi duniaku, untuk menjaga harga diriku. Sukuplah aku bekerja keras dengan kedua tanganku, agar aku tak menengadah memelas wajahku meminta belas kasih orang lain. Ibu dan Ayah, inilah sekuntum kebahagiaan yang begitu ingin kuceritakan selama ini pada kalian berdua.



Adapun Komentar Mereka, Maka Jangan Terlalu Banyak Diambil Hati

Banyak orang berbisik pada Ibu dan Ayah bahwa anaknya di negeri seberang entah menjatuhnkan dirinya ke lubang sekelam apa sekarang. Ibu dan Ayah berjuang melawan itu semua dan menyakinkan diri mereka sendiri, “Anakku tak seperti sangkaan orang. Dia adalah anak yang bisa dipercaya.”
Aku menangis bukan karena takut pada tatapan aneh pada mnuasia, atau perkataan mereka yang mengiris bagai sembilu. Aku menangis mengingat wajah murung Ibu berhari-hari. Tak lain dan tak bukan, karena Ibu memikirkan aku yang telah berubah.
Ibu kusayang…
Anakmu ini mohon maaf jika akan jujur berbicara. Sunguh akan kupilih kata yang paling indah agar kemurunganmu berubah menjadi merah cerianya sang fajar di garis cakrawala.

Aku Bangga Dengan Jalan yang Kupilih Ini
Ibu dan Ayah,
Jalanku ini bukan jalan baru dan sesat. Inilah jalan yang dahulu berjaya, tetapi kini terasing. Kemuliaan akan kita peroleh, dengan izin Allah, jikakita teguh di atas jalan ini.
Akan ku ceritakan sedikit dari warisan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam yang kujumpai di sepanjang jalan ini:
 Manusia diperintahkan untuk mengesakan Allah dalam tiga perkara: (1) rububiyah, (2) uluhiyah, dan (3) nama-nama dan sifat-sifat Allah.
 Kita diperintahkan untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an dan as-Sunnah, dengan pemahaman para sahabat Nabi shallallahu’alaihi wasallam. Bukan berdasarkan pemahaman setiap orang [karena jika tolak ukur kebenaran adalah pendapat pribadi, maka pendapat siapakah yang akan kita jadikan tolak ukur???]
 Kita diperintahkan untuk bertakwa kepada Allah, sebagaimana pula kita diperintahkan untukmemperbaiki akhlak kita, baik kepada khaliq (Allah) maupun makhluk-Nya.
 Kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada orang tua dan karib kerabat, menyambung tali silaturrahim dengan mereka, berbuat baik dan tidak mengganggu tetangga serta memuliakan tamu.
 Kita senantiasa dihibur dengan indahnya surga dan bahwa dunia itu tidaklah kekal.
 Kita senantiasa diingatkan tentang siksa neraka jika timbangan keburukan kita nanti lebih berat disbandingkan dengan timbangan kebaikan kita.
 Dengan bekal sebayak itu, bagaimana boleh Aku gegabah dan semena-mena pada Ibu dan Ayah. Dalam menjelaskan sikap yang kupilih ini pun demikian. Sayang dan sabarku karena Allah, jadi penyanggaku untuk mengajak Ibu dan Ayah meniti jalan keselamat an bersamaku.

Biarkan Duni yang Menyampaikannya
Ibu dan Ayah, surat ini mungkin tidak akan pernah benar-benar sampai kehadapan kalian. Tidak di antarkan burung merpati, tidak pula diterbangkan angin.
Surat ini kutitipkan pada dunia. Biarlah mereka yang akan menyampaikan tanda cinta karena Allah ini kepada Ibu dan Ayah.
Semoga Allah melindungi jiwa-jiwa kita dari kebinasaan, di saat manusia menceburkan dirinya sendiri kedalam malapetaka.
Semoga Allah memberikan naungan kepada kita, di hari yang tak ada naungan di sana selain naungan-Nya.
Semoga Allah mengumpulkan Aku, Ibu, Ayah, dan orang-orang yang kita cintai karena Allah, di Firdaus al-A’laa, bersama para Nabi, shiddiqiin, syuhadaa’ dan shalihiin.

Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah.
Amien, yaa mujibassa’iliin…



By:Nikah

Selasa, 24 Maret 2009

Banggakah engkau dengan kecantikamu…???



suatu hari aku diajak temen berkunjung ke ruah neneknya di desa, mumpung kuliah libur ku iyakan saja. akhirnya kami pergi kerumah nenek temen ku, mungkin saking kangennya dengan sang cucu nenek dengan eratnya memeluk kami berdua, setelah itu nenek menyuruh kami masuk kamar, sungguh sangat nyaman kamarnya rapi dan wangi dan disana juga kulihat foto seorang cewek yang sangat cantik, dalam benak ku itu pasti cucu perempuan nenek tapi ntah dia nya kemana, mungkin sedang sekolah atau kuliah di kota. akhirnya ku tanya pada temen ku "siapa yang ada dalam foto itu, cantik luar biasa", mau kamu ku kenakan pada dia jawab temen ku, karena foto gadis itu sangatlah cantik dengan semangat aku bilang mau dunk masak rizki di tolak, dia sekarang lagi sendiri lho ga punya pacar lanjut temen ku, ada peluang untuk ku dunk sahut ku. karena sudah tak sabar akhirnya aku minta secepatnya untuk dikenalkan. temen ku bilang dia ada di dapur sedang menyiapkan minuman untuk kita. akhirnya kami pergi ke dapur tapi sungguh kecewa karena di dapur tak ada cewek cantik dalam foto itu yang ada hanya nenek yang sedang mengaduk teh dalam gelas. terus temen ku bilang "nek ada yang mau kenalan",, astagfirullah aku kaget bukan main yang mau dikenalkan aku itu ternyata nenek yang giginya sudah ompong dan kulitnya sudah keriput semua ga ada menariknya sama sekali, sambil tersenyum temen ku bilang "itu foto nenek 50 tahun yang lalu", malunya aku..!! tapi dari sana aku dapat memetik hikmahnya ternyata kecantikan wajah itu tidak abadi, lihatlah nenek dulu waktu masih umur belasan tahun sangat cantik luar biasa hampir semua laki-laki ingin nikah dengannya tapi sekarang melirikpun ga ada yang mau.
kawan banggakah engkau dengan kecantikan mu ? hingga begitu sombongnya engkau tidakkah pernah engkau sadari kelak engkau akan tua wajah mulus mu akan berubah keriput, gigi rapi mu akan tanggal satu persatu hingga ompong. masihkah engkau sombong dengan kecantikan mu ???

Kamis, 12 Maret 2009

1.035 PASUKAN SIAP AMANKAN PEMILU

Persiapan pengamanan pemilu legislatif (pileg) yang bakal digelar 9 April nanti, mulai dilakukan. Pagi kemarin, sekitar 1.035 personil gabungan mengadakan gelar pasukan di Alun-alun Bangil.

Personil gabungan itu terdiri dari, 5 kompi aparat polisi, 1 kompi pasukan Kodim 0819, 3 kompi petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas), serta satpol PP dan PMK masing-masing 1 kompi.

"Gelar tadi pagi (kemarin) dilakukan serentak di empat Polda. Yakni, Jatim, Metro Jaya, Sulsel dan Lampung," ujar Kapolres Pasuruan AKBP Achmad Yani usai menjadi inspektur upacara kemarin.
# ............................................. #

Menurut Kapolres, dua pertiga dari personel Polres Pasuruan (600 personil) akan disiapkan untuk pengamanan (Pam) Pemilu 2009. Ini dilakukan karena Kapolres tidak menginginkan ada sedikitpun celah yang bisa menimbulkan tingkat kerawanan di masyarakat saat pemilu tiba. "Kami sudah siap menyambut pemilu ini. Kami sudah lakukan latihan praoperasi dan operasi Mantabrata bersama masyarakat," tegasnya.

Kapolres kemarin juga membacakan amanat Kapolri di hadapan ribuan personil keamanan. Selain itu tampak hadir di jajaran undangan, Bupati Dade Angga, Ketua DPRD Akhmad Zubaidi, Kajari M. Sjafaruddin Madjid, Ketua PN Budi, Ketua MUI KH Nurul Huda dan beberapa pengurus serta caleg parpol.

Selain apel kesiapan pasukan, kemarin juga berjejer kendaraan, mobil dan motor yang digunakan untuk petugas. Juga tampak mobil Pemadam Kebakaran (PMK) yang disiagakan di sebelah barat pasukan.

"Polri harus bisa bersikap netral dan tidak terjebak dalam konflik komunal. Keamanan dalam pemilu merupakan tanggung jawab Polri selaku Bhayangkara negara. Tentunya dengan merangkul segenap lapisan masyarakat," terang Kapolres membacakan petikan amanat Kapolri.

Selain mengandalkan personil pengamanan Polres, Kapolres juga meminta dukungan pada aparat TNI, Linmas dan mitra Kamtibmas seperti Pol PP dan hansip atau linmas.

Kapolres mengakui sudah mengantisipasi titik-titik kerawaranan daerah menjelang pemilu. Antisipasi itu dilakukan dengan cara menambah personil dan pengawasan daerah tertentu. "Mungkin TPS yang daerahnya jauh, kita lakukan pengamanan lebih intensif. Yang jelas, jangan sampai ada kerawanan," harapnya.

Kapolres Pasuruan Terancam Dicopot Terkait Zakat Maut

Pamekasan (ANTARA News) - Kapolresta Pasuruan, Jawa Timur, AKBP Herry Sitompul, terancam dicopot dari jabatannya menyusul peristiwa zakat maut yang menewaskan puluhan warga di wilayah tersebut.

"Kita kan sekarang sedang melakukan klarifikasi kepada dia. Kalau nanti ada dugaan kuat lalai dalam menjalankan tugas, atau ditemukan ada kesalahan, jelas kita tindak," kata Wakapolda Jatim, Brigjenpol, Drs. Sugiono, M.M, di Pamekasan, Senin malam.

Tidak hanya Kapolres, menurut Wakapolda Sugiono, yang juga ikut diperiksa saat ini adalah Kasat Intel Polres Pasuruan. Menurut dia, langkah itu dilakukan untuk mencari titik terang penyebab persoalan tragedi zakat maut yang terjadi di Pasuruan tersebut.

"Bukan hanya Kapolres, tapi kasat Intelnya juga kita periksa," kata Sugiono menjelaskan.

Selanjutnya Wakapolda minta agar masyarakat yang hendak menyalurkan zakat secara langsung kepada masyarakat hendaknya meminta pengamanan kepada aparat kepolisian. Polda telah memerintahkan kepada jajaran Polwil di Jawa Timur untuk melakukan pengamanan.

"Jadi tinggal melaporkan saja, jam berapa akan disalurkan dan berapa jumlah warga yang akan mendapatkan zakat. Polisi pasti akan membantu mengamankan,".

Ia menambahkan, hingga kini proses penyidikan kasus zakat maut di Pasuruan itu masih berlangsung.(*)



Rabu, 11 Maret 2009

Modul Close source :

Modul 1 - mengetik 10 Jari

Modul 2 - mengidentifikasi dan mengoperasikan Komputer Personal

Modul 3 - Mengoperasikan Peripheral

Modul 4 - Mengoperasikan perangkat lunak pengolah kata

Modul 5 - Mengoperasikan perangkat lunak lembar sebar

Modul 6 - Mengoperasikan perangkat lunak presentasi

Modul 7 - Mengoperasikan perangkat lunak nasis data

Modul 8 - Melakukan Koneksi Internet dan bekerja dengan internet

Modul 9 - Mengelola Informasi

Modul Open Source

Kumpulan modul opensource





DAFTAR CLIENT WAN ICT KAB. PASURUAN (Tgl. 5 Januari 2009)

Kantor Dinas P&K Kab. Pasuruan
SMKN 1 Purwosari (ICT Center Kab. Pasuruan)
SMKN 1 Nguling
SMKN 1 Winongan
SMKN 1 Grati
SMKN 1 Bangil
SMKN 1 Tutur
SMKN 1 Puspo
SMKN 1 Sukorejo
SMKN 1 Rembang
SMKN 1 Beji
SMKN 1 Gempol
SMKN 1 Wonorejo
SMK Walisongo 1 Gempol
SMAN 1 Purwosari
#=========================================#

SMAN 1 Pandaan
SMAN 1 Grati
SMAN 1 Kejayan
SMAN 1 Gondangwetan
SMAN 1 Bangil
SMPN 1 Pandaan
SMPN 2 Pandaan
SMPN 1 Purwosari
SMPN 1 Grati
SMPN 1 Bangil
SMPN 1 Sukorejo
Kantor Cabang Dinas P&K Nguling
Kantor Cabang Dinas P&K Grati
Kantor Cabang Dinas P&K Lumbang
Kantor Cabang Dinas P&K Winongan
Kantor Cabang Dinas P&K Pasrepan
Kantor Cabang Dinas P&K Gondang Wetan
Kantor Cabang Dinas P&K Puspo
Kantor Cabang Dinas P&K Pohjentrek
Kantor Cabang Dinas P&K Kejayan
Kantor Cabang Dinas P&K Wonorejo
Kantor Cabang Dinas P&K Tutur
Kantor Cabang Dinas P&K Rembang
Kantor Cabang Dinas P&K Beji
Kantor Cabang Dinas P&K Rejoso



DAFTAR CALON CLIENT JARDIKNAS ICT KAB. PASURUAN (APBD 2009)

Kantor Cabang Dinas P&K Lekok
Kantor Cabang Dinas P&K Kraton
Kantor Cabang Dinas P&K Bangil
Kantor Cabang Dinas P&K Gempol
Kantor Cabang Dinas P&K Pandaan
Kantor Cabang Dinas P&K Prigen
Kantor Cabang Dinas P&K Sukorejo
Kantor Cabang Dinas P&K Purwosari
Kantor Cabang Dinas P&K Purwodadi
Kantor Cabang Dinas P&K Tosari

Belum Sarjana, Guru Boleh Ikut Sertifikasi

JAKARTA - Para pendidik yang belum mengantongi ijazah S-1 tak perlu khawatir tidak bisa mengikuti sertifikasi. Sebab, PP No 74 Tahun 2008 tentang Guru memperbolehkan mereka mengikuti program itu. Syaratnya, usia para tenaga pendidik tersebut telah mencapai 50 tahun dan memiliki masa kerja 20 tahun.

Kasubdit Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Nurzaman menuturkan, ada beberapa poin penting dalam PP yang baru disahkan Desember 2008 tersebut. Selain memberi kesempatan kepada guru yang belum sarjana untuk ikut sertifikasi, aturan baru tersebut menyatakan bahwa pengawas sekolah tetap diberi tunjangan profesi. ”Poin-poin itu amat penting dan harus dipelajari oleh guru,” ujarnya.
# ................................... #


Dia menyatakan, untuk guru yang belum bergelar S-1 misalnya, hal tersebut diatur dalam pasal 66. Pasal itu menyebutkan, guru yang belum memiliki gelar S-1 maupun D-4 bisa mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikasi pendidik.

Syaratnya, pertama, usianya mencapai 50 tahun dan memiliki masa kerja 20 tahun. Kedua, memiliki golongan IV-a atau memiliki kredit akumulatif setara IV-a. ”Mereka diberi waktu lima tahun untuk mengikuti uji kompetensi itu sejak diberlakukannya aturan tersebut,” jelasnya.

Sementara itu, pendidik akan diberi sertifikat langsung jika memenuhi beberapa syarat. Yakni, guru yang memiliki kualifikasi akademik S-2 dan S-3 dari perguruan tinggi terakreditasi. Menguasai mata pelajaran yang relevan dengan bidangnya. Juga, memiliki golongan IV-b atau serendah-rendahnya IV-c.
Poin penting lain adalah pasal 15 ayat 4 yang juga mengatur tentang pengawas. Berdasar pasal itu, guru yang diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan tetap diberi tunjangan profesi guru. Syaratnya, berpengalaman sebagai guru minimal empat tahun dan kepala sekolah minimal delapan tahun.
Selain itu, memenuhi persyaratan administrasi akademik yang ditentukan, memiliki sertifikat pendidik, dan melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan serta tugas pengawasan. (kit/iro)


Sistem Baru Sertifikasi Guru

SURABAYA - Untuk menghindari peluang terjadinya kecurangan atau jual-beli kursi, pelaksanaan sertifikasi guru untuk kuota 2008 bakal diubah. Nanti pengajuan nama-nama guru yang berhak ikut sertifikasi tidak lagi lewat pintu Dinas Pendidikan, seperti pelaksanaan kuota 2006 dan kuota 2007.

Sistem baru itu bakal melibatkan banyak pihak. Perombakan sistem rekrutmen peserta sertifikasi tersebut hingga kini masih terus dibahas tim Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Dengan sistem baru itu, pengajuan nama-nama guru diharapkan benar-benar sesuai aturan.




Ketua Tim Sertifikasi Depdiknas A. Mukhadis menyatakan sudah mendengar informasi adanya “permainan” di balik pengajuan nama-nama guru yang mengikuti sertifikasi. Karena itu, jika ada pejabat Dinas Pendidikan yang terbukti melakukan praktik kecurangan, pihaknya akan memberikan peringatan keras.

Untuk meminimalkan kecurangan itu, kewenangan perekrutan peserta sertifikasi yang selama ini ditangani Dinas Pendidikan akan dipangkas. “Kami ganti semua model perekrutan,” tegasnya.

Mukhadis mengungkapkan, dalam sistem baru nanti ada banyak yang terlibat. Mulai Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), masyarakat, hingga media massa. Sebelum penilaian berkas portofolio dilaksanakan, nama-nama peserta yang diajukan untuk ikut sertifikasi akan dipublikasikan di media massa terlebih dulu. Tujuannya, masyarakat luas mengetahui para calon peserta sertifikasi.

“Jika ada yang tidak sesuai, guru lain atau masyarakat bisa protes. Misalnya, ada guru yang seharusnya belum masuk peserta, tapi ternyata diajukan. Ini kan tidak boleh. Sistem ini bertujuan untuk menjamin lebih transparan,” jelasnya.

Dia menambahkan, guru yang menemukan ada ketidakberesan dalam pelaksanaan sertifikasi kuota 2006 atau kuota 2007 dapat melaporkan ke konsorsium Ditjen Dikti. Tentu laporan itu harus disertai bukti-bukti jelas sehingga konsorsium dapat menyelidiki. “Kami juga membuka kotak pos yang bisa diisi saran dari berbagai kalangan tentang pelaksanaan sertifikasi,” katanya.

Rektor Unesa Haris Supratno menjelaskan, dalam pedoman penentuan peserta sertifikasi sebetulnya telah disebutkan dengan jelas kriteria guru yang diprioritaskan masuk kuota. Pertimbangan pertama adalah masa kerja. Guru yang paling lama masa kerjanya diutamakan sebagai peserta.

“Jika ada guru memiliki masa kerja sama, penentuan berikutnya didasarkan pada usia paling tua,” ujarnya. Pertimbangan selanjutnya didasarkan pada pangkat, jumlah jam mengajar, tugas tambahan seperti menjadi kepala sekolah atau wakil kepala sekolah, terakhir prestasi.

Haris menambahkan, jika Dinas Pendidikan tertib dan mengacu pada pedoman, tidak ada kejadian salip menyalip di antara guru yang ikut sertifikasi. Dugaan jual beli kursi sertifikasi atau “permainan” di balik perekrutan peserta sertifikasi tidak akan terjadi. “Sebab, pedoman itu dibuat untuk menghindari hal-hal tersebut,” tambahnya.

Haris mencontohkan, jika kabupaten/kota memiliki 1.000 guru, mereka harus dimasukkan database. Penyusunan urutan berdasar pedoman perekrutan sertifikasi. Bila ada kuota sertifikasi, tinggal diambil guru yang sesuai dengan urutan data itu.(may/hud)

# ---------------------------------------- #
Sumber Jawa Pos


Kegiatan Pengembangan diri

Berdasarkan kondisi obyektif sekolah, kegiatan pengembangan diri yang ada di SMP Negeri 2 Pasuruan di bagi menjadi 3 macam :
Kegiatan yang bersifat Rutin
Kegiatan yang terprogram
Kegiatan yang bersifat spontan

Kegiatan yang bersifat rutin misalnya upacara bendera setiap hari senin bertujuan meningkatkan disiplin siswa.
Kegiatan yang terprogram meliputi
Kegiatan Bimbingan Konseling melayani
a.masalah kesulitan belajar siswa
b.pengembangan karir siswa
c,pemilihan jenjang pendidikan yang lebih tinggi
d.masalah dalam kehidupan sosial siswa

# ...................................... #


Kepramukaan
a.sebagai wahana untuk berlatih berorganisasi
b.melatih siswa agar terampil dan mandiri
c.melatih siswa untuk mempertahankan hidup
d.mengembangkan jiwa sosial dan peduli kepada orang lain
e.mengembangkan sikap kerjasama
f.melatih siswa untuk menyelesaikan masalah dengan tepat
Palang Merah Remaja ( PMR )
a.melatih praktik PPPK
b.mengembangkan jiwa sosial dan peduli kepada orang lain
c.mengembangkan sikap kerjasama
d.membiasakan hidup sehat melalui UKS
Kelompok Ilmiah Remaja ( KIR )
a.melatih siswa berpikir kritis / Ilmiah
b. melatih siswa terampil dalam menulis karya ilmiah
c.mengikutsertakan siswa dalam berbagai LKTI (lomba Ketrampilan
Tehnologi Informasi ).
5. Olah raga.
- mengembangkan olah raga prestasi, misalnya Bola Basket dan Bola
Volly, dan Sepak Bola.
Mading
Bina Vokalia.
Olah Raga Bela Diri (Silat).
Bimbingan Belajar Peningkatan Kompetensi Siswa ( PKS ) khusus Kls 9.


Kegiatan yang bersifat spontan/Insidental
melaksanakan Bakti Sosial
mengembangkan jiwa sosial dan peduli kepada orang lain.
memberikan sumbangan incidental bila ada anggota keluarga siswa/guru/ karyawan yang sakit atau musibah lainnya.
mengembangkan jiwa sosial dan peduli kepada orang lain.
3. MIPA Prestasi ( Olimpiade )
mengembangkan prestasi bidang MIPA
mengikutsertakan siswa dalam berbagai olimpiade.
Keagamaan.
- Mengembangkan seni samroh.
- Kegiatan Peringatan hari-hari besar islam.
Latihan dasar kepemimpinan siswa bertujuan :
a.melatih siswa dalam berorganisasi
b.mempersiapkan siswa untuk menjadi pemimpin yang andal
c.melatih siswa untuk bersikap demokratis
d.melatih siswa belajar mengambil keputusan dengan tepat

Mekanisme pelaksanaan
Kegiatan Pengembangan diri di laksanakan diluar jam pembelajaran
( Ekstrakurikuler ), di bina oleh guru, praktisi, atau alumni yang memiliki kualifikasi yang baik berdasarkan surat Keputusan Kepala Sekolah.

Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan akan disusun kemudian berdasarkan hasil kolaborasi antara
guru Pembina/pelatih dengan peserta kegiatan.


Alokasi waktu
Kelas VII dan kelas VIII di alokasikan 2 jam pelajaran (Ekuivalen 2 x 40 menit)
Kelas IX diberi kegiatan bimbingan belajar secara intensif untuk persiapan UNAS



VISI, MISI DAN TUJUAN SMP NEGERI 2 PASURUAN

VISI :
Unggul berwawasan Imtaq, Iptek dan Seni ( U I I S )
Dari visi tersebut, maka lulusan SMP Negeri 2 Pasuruan diharapkan :
Unggul dalam melaksanakan ’ibadah kepada Allah.
Unggul dalam kepribadian dan Akhlaqul Karimah.
Unggul dalam Output.
Unggul dalam kompetensi life skill.
Unggul dalam kompetensi Matematika dan IPA.
Unggul dalam kompetensi Bahasa Inggris.
Unggul dalam budaya, seni dan olah raga.
Unggul dalam penelitian dan Karya Tulis Ilmiah.
Unggul dalam Tekhnologi Informasi dan Komunikasi.

MISI :
Melaksanakan pengembangan kurikulum
Melaksanakan pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan
Melaksanakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran
Melaksanakan pengembangan bakat dan minat siswa
Meningkatkan kululusan yang maksimal.
Melaksanakan pengembangan fasilitas pendidikan.
Melaksanakan pengembangan managemen Sekolah
Melaksanakan pengembangan penilaian.

# ------------------------------------------------------ #



TUJUAN :
Mewujudkan pengembangan standart kurikulum yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah.
Mengembangkan KTSP untuk mencapai taraf SMP mandiri
Mengembangkan silabus untuk semua Mata Pelajaran pada semua Jenjang
Mengembangkan RPP untuk semua Mata Pelajaran pada semua Jenjang
Mengembangkan sistem penilaian semua Mata Pelajaran pada semua Jenjang
Mewujudkan peningkatan standar pendidik dan tenaga kependidikan
Mengembangkan kemampuan baca tulis Al Qur’an terhadap guru dan karyawan
Mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris terhadap guru dan karyawan
Mengembangkan keterampilan komputer terhadap guru dan karyawan.
Mengembangkan kegiatan studi banding
Mengembangkan Peningkatan profesionalisme guru dan karyawan.




Mewujudkan standar proses dan strategi pembelajaran sesuai KTSP pada semua mata pelajaran dan jenjang.
Mengembangkan desain pembelajaran semua mata pelajaran dan jenjang
Mengembangkan bahan dan sumber pembelajaran sesuai dengan silabus pada semua mata pelajaran dan jenjang.
Mengembangkan strategi pembelajaran dan bimbingan melalui supervisi klinis dan Lesson Study.
Mengembangkan strategi penilaian dan bimbingan semua mata pelajaran dan jenjang.
Mengembangkan karya ilmiah siswa

Mewujudkan berbagai kegiatan pengembangan diri dnegan mencapai prestasi sesuai dengan bakat dan minat siswa.
Mengembangkan pembinaan dan pelatihan non akademik bidang seni
Mengembangkan pembinaan dan pelatihan non akademik bidang Olah raga
Mengembangkan pembinaan dan pelatihan non akademik bidang Agama
Mengembangkan pembinaan dan pelatihan non akademik bidang Pramuka
Mengembangkan pembinaan dan pelatihan non akademik bidang PMR dan lainnya.
Mewujudkan tercapainya peningkatan standar kelulusan yang maksimal
Mengembangkan pencapaian ketuntasan belajar
Mengembangkan standar kompetensi kelulusan
Mengembangkan pembinaan dan pelatihan bidang akademik
Meningkatkan nilai rata – rata kelulusan dari 8,53 ke 8,60.
Mengembangkan program PKS mata pelajaran UNAS kelas IX
Mewujudkan pengembangan fasilitas pendidikan/sarana prasarana yang memenuhi SPM.
Mengembangkan layanan perpustakaan sekolah.
Mengembangkan pengadaan media dan alat pembelajaran
Mengembangkan pengadaan sarana Olah Raga.
Mengembangkan pemeliharaan fasilitas sekolah.
Mewujudkan implikasi MBS.
Pengembangan penanganan administrasi sekolah secara baik.
Pengembangan pelaksanaan MBS secara baik.
Pengembangan monitoring dan evaluasi secara periodik.
Pengembangan pelaksanaan supervisi klinis.
Pengembangan jaringan kerja secara vertikal dan horisontal.

Mewujudkan standar sistem penilaian yang lengkap dan utuh.
Pengembangan pedoman penilaian
Pengembangan perangkat model-model penilaian pembelajaran dan bimbingan
Pengembangan instrumen soal UH, Ulangan Blok, Ulangan Semester dan UNAS.
Pengembangan instrument perbaikan dan pengayaan
Pengembangan uji coba UNAS (try out) sebagai upaya peningkatan nilai.


PROFIL SEKOLAH SEKOLAH STANDAR NASIONAL (SSN) SMP NEGERI 2 PASURUAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
TAHUN 2008

A. IDENTITAS SEKOLAH
1. Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Pasuruan
2. No. Statistik Sekolah : 201056602002
3. Tipe Sekolah : A/A1/A2/B/B1/B2/C/C1/C2
4. Alamat : Jl. Soekarno Hatta Nomor 84
: (Kecamatan) Purworejo
: Kota Pasuruan
: Propinsi Jawa Timur
5. Telepon/HP/Fax : 0343-421487
6. Status Sekolah : Negeri
7. Nilai Akreditasi Sekolah : Tipe A





Senin, 09 Maret 2009

Gamabaran Umum Pasuruan

Letak geografis wilayah Daerah Tingkat II Kabupaten Pasuruan berada pada posisi sangat strategis yaitu jalur regional juga jalus utama perekonomian Surabaya – Malang dan Surabaya – Banyuwangi.
Hal tersebut menguntungkan dalam pengembangan ekonomi dan membuka peluang infestasi di Kabupaten Pasuruan. Kabupaten Pasuruan mempunyai luas wilayah 147.401,50 Ha (3,13 % luas Propinsi Jawa Timur) terdiri dari 24 Kecamatan, 24 Kelurahan, 341 Desa dan 1.694 Pedukuhan.

1. KEADAAN GEOGRAFI
Letak geografi Kabupaten Pasuruan antara 112 0 33` 55” hingga 113 30` 37” Bujur Timur dan antara 70 32` 34” hingga 80 30` 20” Lintang Selatan dengan batas – batas wilayah:
Utara : Kabupaten Sidoarjo dan Selat Madura.
Selatan : Kabupaten Malang
Timur : Kabupaten Probolinggo
Barat : Kabupaten Mojokerto

2. KEADAAN GEOLOGIS
Daratan Pemerintah Kabupaten terbagi menjadi 3 bagian:
1. Daerah Pegunungan dan Berbukit, dengan ketinggian antara 180m s/d 3000m. Daerah ini membentang dibagian Selatan dan Barat meliputi: Kec. Lumbang, Kec Puspo, Kec. Tosari, Kec. Tutur, Kec. Purwodadi, Kec. Prigen dan Kec. Genpol.
2. Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 6m sampai 91m, dataran rendah ini berada dibagian tengah, merupakan daerah yang subur.
3. Daerah Pantai, dengan ketinggian antara 2m sampai 8m diatas permukaan laut. Daerah ini membentang dibagian Utara meliputi Kec. Nguling, Kec. Rejoso, Kec. Kraton dan Kec. Bangil.

# =========================================== #


3. KEADAAN TOPOGRAFI

Kondisi wilayah Kabupaten Pasuruan terdiri dari daerah pegunungan berbukit dan daerah dataran rendah, yang secara rinci dibagi menjadi 3 bagian :
a. Bagian selatan terdiri dari pegunungan dan perbukitan dengan ketinggian permukaan tanah antara 186 meter sampai 2.700 meter yang membentang mulai dari wilayah kecamatan Tutur, Purwodadi dan Prigen.
b. Bagian Tengah terdiri dari dataran rendah yang berbukit dengan ketinggian permukaan antara 6 meter sampai 91 meter dan pada umumnya relatif subur.
c. Bagian Utara terdiri dari dataran rendah pantai yang tanahnya kurang subur dengan ketinggian permukaan tanah 2 meter sampai 8 meter. Daerah ini membentang dari timur yakni wilayah kecamatan Nguling Kearah Barat yakni Kecamatan Lekok, Rejoso, Kraton dan Bangil.

Keadaan kemiringan tanah di Kabupaten Pasuruan adalah bervariasi:
1. Kemiringan 0 - 25 derajat meliputi + 20% luas wilayah.
Daerah ini merupakan dataran rendah yangterletak dibagian Utara.
2. Kemiringan 10 - 25 derajat meliputi + 20% luas wilayah.
Daerah ini merupakan dataran yang bergelombang yang terletak di bagian Tengah.
3. Kemiringan 25 - 45 derajat meliputi + 30% luas wilayah.
Daerah ini merupakan yang bersambung dengan perbukitan (dibagian Barat dan Timur).
4. Kemiringan diatas 45 derajat meliputi + 30% luas wilayah.
Daerah ini merupakan pegunungan yang terletak di bagian Selatan. Sedangkan struktur tanah di Kabuapten Pasuruan sebagian besar terdiri dari jenis Alluvial, Mediterian, Regosol, Labosal dan Litasol. Grumasol dan Andosal.

4. KEADAAN IKLIM DAN CURAH HUJAN
Kabupaten Pasuruan pada umumnya beriklim tropis, dengan klasifikasi Schimdt dan Fergusan. Sebagian besar kecamatan tipe iklim C dan selebihnya tipe B. Temperatur sebagian besar wilayah antara 240 – 320 C, sedangkan untuk wilayah diatas 2.770 meter temperature terendah mencapai 50 C utamanya Kecamatan Tosari.
Variasi curah hujn rata – rata dibawah 1.750 MM. Angin Barat dan Timur kecepatan rata – rata 12 – 30 knot. 4.

5. HIDROGRAFI
Potensi hidrografi memberikan peluang yang besar bagi pembangunan baik untuk keperluan air minum, irigasi, pariwisata dan industri. Potensi hidrografi antara lain : 18 sungai dan 7 sungai besar yang bermuara di Selat Madura, 92 buah air bawah laut, 4 air terjun, 310 sumber air dengan debit terbesar air Umbulan 4.616 liter/detik yang digunakan untuk keperluan air minum Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, kota Surabaya dan menurut rencana akan diperluas Kabupaten Sidoarjo serta Kabupaten Gresik dengan debit sebesar 6.607,51 liter/detik.

Di wilayah Kabupaten Pasuruan mengalir enam sungai yang besar yang bermuara di Selat Madura, yaitu:
1. Sungai Lawean : Bermuara di Desa Penunggul, Kec. Nguling.
2. Sugai Rejoso : Bermuara di Wilayah Kec. Rejoso.
3. Sungai Gembong : Bermuara di Wilayah kota Pasuruan.
4. Sungai Welang : Bermuara di Desa Pulokerto. Kec, Kraton.
5. Sungai Masangan : Bermuara di Desa Raci, Kec. Bangil.
6. Sungai Kedunglarangan Bermuara di Desa Kalianyar, Kec. Bangil.

Curah hujan untuk wilayah Kabupaten Pasuruan tergolong type D yang berarti keadaan daerah secara umum tergolong daerah kering meskipun di daerah pegunungan curah hujan cukup.

6. ADMINISTRASI PEMERINTAH
Secara administrasi wilayah Kabupaten Pasuruan terbagi atas:
- 24 (Dua puluh mepat) wilayah Kecamatan ;
- 341 (Tiga ratus empat puluh satu) wilayah Desa;
- 24 (Dua puluh empat) wilayah Keluarahan;

7. KEADAAN DEMOGRAFI
Sebagai modal dasar pembangunan penduduk Kabupaten Pasuruan relatif besar tercatat 1.455.536 jiwa terdiri dari laki – laki 720.012 jiwa dan perempuan 735.524 jiwa (data akhir tahun 2005 BPS Kabupaten Pasuruan) dengan kepadatan 979 jiwa/km2. Keaneka ragaman penduduk sebagian besar suku Jawa, suku Madura, Suku Tengger dan keturunan asing antara lain : Cina, Arab, India. Agama yang dianut Islam, Kristen Protestan, Katholik, Budha dan Hindu.

Kondisi penduduk menurut mata pencaharian terdiri dari : Pertanian (33,98%) Industri Pengolahan (24,69%), Listrik, gas dan air (0,41%) perdagangan, hotel dan restoran (17,79%) pertambangan dan galian (0,38%). Bangunan (5.21%), Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan (0,33%), pengangkutan dan komunikasi (6,66%) serta jasa (10,55%).
Data akhir tahun 2005 berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional.

8. EKONOMI
Upaya yang dilakukan pemerintah Kabupaten Pasuruan untuk meningkatkan peertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatn asli daerah (PAD) antara lain : Memperhatikan kondisi an potensi perdagangan juga memperbaiki sarana dan prasarana perdagangan dalam rangka menunjang :
1. Kelancaran terhadap distribusi barang khususnya sembilan bahan pokok dan pengendalin gejolak harga.
2. menciptakan iklim yang kondusif dengan terciptanya stabilitas daerah dan kemudahan berinfestasi.
3. Pemberdayaan pengusaha kecil, menemgah dan koperasi melalui pemberian kemudahan dalam mengembangkan usaha, pemberian kredit dan permodalan. Dari kinerja pembangunan ekonomi daerah tingkat pertumbuhan ekonomi kabupaten Pasuruan mencapai 4,57% (berdasarkan perhitungan angka tahun 2004) dengan kekuatan ekonomi (PDRB atas dasar harga berlaku) Rp. 5,573 trilyun, dan income perkapita mencapai Rp. 3.874.851.-

9. PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
Gambaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten Pasuruan Tahun 2005 sebagai berikut :
• Pendapatan Daerah Kabupaten Pasuruan terdiri dari Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan. Target pendapatan daerah tahun 2005 sebesar Rp.533,589 milyar terealisasi sebesar Rp.559,292 milyar mengalami pelampauan target sebesar Rp.25,703 milyar atau 104,8%.
Pendapat asli daerah ditargetkan sebesar Rp. 58,975 milyar terealisasi sebesar Rp. 64.648 milyar mengalami pelampauan target sebesar Rp. 5,673 milyar atau 109,61%. Sedangkan dana perimbangan dianggarkan sebesar Rp. 443,813 milyar dan terealisasi sebesar RP. 563,843 milyar mengalami pelampauan target sebesar Rp. 20,029 milyar atau 104,5%.
• Belanja daerah tahun 2005 dianggarkan sebesar Rp. 577,605 milyar terealisasi sebesar Rp. 534,718 milyar. Adanya penghematan belanja sebesar Rp. 42,887 milyar atau 92,5%.
• Pembiayaan daerah berasal dari penerimaan daerah setelah dikurangi pengeluaran, pada tahun 2005 dianggarkanRp.44,016 milyar dan terealisasi sebesar Rp. 24,573 milyar. Realisasi tersebut disebabkan antara lain oleh transfer dari dana cadangan sebesar Rp. 50,278 milyar.

10. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
Anggaran dan Realisasi PAD menunjukkan :
a. Perkembangan Anggaran PAD dan realisasinya Tahun Anggaran Anggaran (X Rp. 1000) Realisasi (X Rp. 1000)

Target Tahun 2006 : 59.315.323.135
Realisasi : 64.669.871.757
Prosentase : 109,03 %

Target Tahun 2007 : 60.010.543.432
Realisasi : 68.350.871.105
Prosentase : 113,9 %
Target Tahun 2008 : 60.924.209.132

b. Peningkatan anggaran PAD dari tahun ketahun cukup berarti.

Tentang Kota Pasuruan





Kota Pasuruan, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Terletak sekitar 75 km sebelah tenggara Kota Surabaya, Kota Pasuruan berbatasan dengan Selat Madura di sebelah utara, serta Kabupaten Pasuruan di sebelah timur, selatan, dan tengah. Kota Pasuruan terdiri dari tiga kecamatan 34 kelurahan.Pasuruan berada di jalur utama Surabaya - Banyuwangi. Pasuruan dapat ditempuh dari Surabaya menggunakan bus dalam waktu 2 jam dan juga dapat ditempuh dari Malang menggunakan bus dalam waktu 1,5.
Kota ini juga memiliki stasiun kereta api lintas timur Surabaya - Jember - Banyuwangi. Kereta api yang singgah di Pasuruan diantaranya: Mutiara Timur (Surabaya - Banyuwangi), Cantik Ekspress (Surabaya - Jember), Logawa (Purwokerto - Surabaya - Jember), dan Sri Tanjung (Yogyakarta - Surabaya - Banyuwangi).
Design by Nur Aini Visit Original Post chaya-aini.blogspot.com